Kata orang, apalah
arti sebuah nama. Kata sebagian yang lain, nama adalah doa. Kalau kataku, nama
itu berarti sangat banyak. Jadi, tidak boleh dipilih secara sembarangan. Aku punya sedikit cerita tentang ini.
Dilema pemberian nama pada anak akhirnya akan aku alami juga bersama suami dalam beberapa bulan ke depan. Kebetulan, aku sedang hamil anak pertama sekaligus cucu pertama di keluarga besarku. Meskipun kami belum dapat mengetahui jenis kelamin sang calon bayi, kami sudah mulai antusias mencari-cari nama untuk anak berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Aku dan suami tentu saja ingin memberikan kado doa terbaik untuk anak kami dalam bentuk sebuah nama yang akan dibawanya nanti sampai dengan akhir hayat. Di era sekarang, mudah sekali mencari referensi nama melalui internet dan tersedia dalam banyak kategori mulai dari nama-nama muslim, nama-nama yang berasal dari bahasa Sansekerta, nama-nama khas Jawa, dan lain sebagainya. Begitu banyaknya referensi dan pilihan ternyata selain memudahkan juga membingungkan kita. Semua nama yang disediakan terdengar sangat bagus dan artinya pun juga baik. Rasanya, ingin memakai semuanya saja.
Suamiku mempunyai satu request sederhana untuk nama anak kami kelak bila berjenis kelamin perempuan. Beberapa nama yang dipilihnya tersebut kurang lebih berarti yang tersayang. Ya, diam-diam bapak suami ingin mempunyai anak perempuan. Meski demikian, perkara anak perempuan atau laki-laki tak jadi soal buat kami, yang terpenting adalah anak kami nanti lahir dengan selamat dan sehat tak kurang suatu apapun. Beberapa alternatif nama sudah kami sediakan namun sayangnya belum ada satupun yang cocok.
Nama juga merupakan sebuah identitas. Bukan hanya sekadar literally identitas yang tercantum dalam kartu-kartu identitas. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat pertama kali mendengar nama kita, orang dapat dengan mudah menerka-nerka jenis kelamin, asal daerah atau negara, nama orang tua atau keluarga, atau bahkan juga agama yang kita anut. Aku ingin agar anakku nanti juga mewarisi nama ayahnya sebagai nama belakang karena sampai kapanpun, ayahnya adalah nisbatnya. Karena kami muslim, kami juga ingin nama anak kami kelak mengandung nama-nama islami yang sering kali mengambil nama-nama khas Timur Tengah. Meski begitu, aku juga ingin nama anakku nanti dapat memberi tanda bahwa dia adalah anak Indonesia. Tentu hal ini agar orang asing yang mendengar namanya dapat menandainya sebagai nama khas orang Indonesia ketika nanti dia diberi kesempatan untuk pergi atau tinggal di luar negeri.
Aku pernah mendengar anggapan di sekitarku bahwa memberikan nama pada anak tak perlu mengandung arti yang muluk-muluk karena dapat menjadi beban yang besar bagi si anak kelak bila tidak dapat memenuhi harapan dalam namanya tersebut. Ada kalanya, orang tua mengganti nama anaknya di tengah jalan karena dianggap membuat si anak menjadi sering sakit-sakitan. Kalau menurutku, tidak ada batas dalam pemberian nama untuk anak selama nama-nama tersebut berarti hal-hal yang baik. Tidak ada yang berlebihan dalam pemberian sebuah nama entah kebarat-baratan atau kearab-araban. Semuanya sah-sah saja dan itu merupakan hak prerogatif dari orang tua sang anak. Ya, ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi kami, calon orang tua yang sedang menunggu kelahiran anak pertama. Semoga dalam beberapa bulan ke depan, kami sudah dapat menentukan nama terbaik untuk anak kami nanti.
0 komentar:
Post a Comment