Pohon Linden


Pohon Linden

Tiba-tiba saja aku tertarik untuk sedikit mengulas mengenai nama sebuah pohon yang baru pertama kalinya ku dengar. Bukan dari siapa aku mendengarnya, tetapi lantaran menemukannya dalam sebuah cerita di novel yang baru saja ku tuntaskan. Novel berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya salah satu novelis kesukaanku, Tereliye. Makna dan bentuk pohon inilah yang menarik perhatianku.
Daun Pohon Linden berbentuk seperti hati 








Aku akan sedikit mengenalkan kepada kalian mengenai apa dan bagaimana rupa pohon ini hingga aku jadi latah ikut-ikutan antusias untuk menceritakannya. Tertarik juga? Mari ikuti aku. Nah, pohon Linden merupakan salah satu jenis pohon yang sering tumbuh di hutan musim dan hutan homogen di wilayah pegunungan bagian tengah. Tinggi pohon ini dapat mencapai 40 meter dan diameter batangnya sekitar 1,8 meter. Warna daunnya hijau tua dan berbentuk hati. Lebar daun sekitar 6-15 cm. Pohon Linden berbunga pada bulan Juni dan bunganya berwarna putih kehijauan. Pohon ini dapat tumbuh sampai berumur ratusan tahun. Pohon Linden berasal dari wilayah Eropa tengah dan timur. Nama latin Pohon Linden adalah Tilia platyphyllos yang dikenal dengan Tilia dalam bahasa Indonesia. Kalau dalam versi novel bersampulkan gambar daun Linden ini, setting cerita mengatakan bahwa di daerah Depok terdapat Pohon Linden. Aku yang kebetulan berada di Bintaro jadi tertarik melihatnya, nyatakah ada di sana atau hanya sekadar kebutuhan settingan novel ini saja.


Novel karya Tereliye, hasil buruan di gramedia


Banyak makna yang disimpan dalam sebuah Pohon unik bernama Linden ini. Dari berbagai sumber yang ku baca di internet, pohon ini banyak diartikan sebagai simbol cinta, kebaikan hati, persahabatan dan keramahan. Pohon Linden dikenal pula sebagai Dewi Cinta, mungkin karena daunnya yang berbentuk hati. Bukankah ini adalah pohon yang menarik? Bagaimana sebuah pohon dapat dijadikan sebagai simbol cinta. Entah di mana aku bisa menjumpainya nanti. Tapi rasa-rasanya setelah membaca novel ini, aku jadi ingin sekali berteduh di bawah pohon ini.

Bukan mengenai bagaimana rupa pohon ini atau bagaimana novel ini mengemas kisah unik di balik hadirnya Pohon Linden. Tetapi keteduhan yang entah bagaimana caranya mampu menyihirku masuk ke dalam suasana damai berteduh di bawah pohon Linden lantas melupakan sejenak segala masalah yang mungkin ada. Bukan untuk menghindarinya tetapi untuk tahu betapa sebenarnya mudah membiarkan diri berlatih ikhlas menghadapi tiap perlakuan yang terkadang terasa tidak adil dalam hidup. Seperti judul novel ini, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Ia terbiasa menerima, pun pada apa saja yang menjadi suratan takdir atas dirinya. Entah dalam kemasan apapun, Tuhan telah memberikan skenario terbaikNya. Pasti.

0 komentar:

Post a Comment