|
Foto di deket mushola Bandara |
Halo semua! Beberapa waktu yang lalu atau tepatnya tanggal 28 - 31 Mei 2019, aku dan keluarga kecilku sempat pergi berlibur ke kota Bangkok, Thailand. Sebenarnya liburan kali ini termasuk dadakan karena kami baru membeli tiket pesawatnya H-1 dari keberangkatan. Aku dan suamiku awalnya ingin menunda liburan ke Bangkok di tahun depan saja, namun karena satu dan lain hal kami putuskan untuk tetap berangkat pada tahun ini. Berikut cerita selengkapnya. Semoga belum basi ya.
Mempunyai bayi bukanlah halangan untuk melakukan perjalanan liburan ke luar negeri. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa liburan membawa bayi lebih menguras energi terlebih kami melakukannya sambil berpuasa Ramadhan. Selain persiapannya yang lebih menyita waktu, tenaga, dan biaya, ada banyak sekali penyesuaian-penyesuaian yang harus kita lakukan agar perjalanan tetap menyenangkan untuk si bayi dan orang tuanya. Kami memilih kota Bangkok karena sekalian ingin berbelanja pakaian anak yang konon lucu-lucu dan murah di sana. Kebetulan sekali liburan kali ini bertepatan dengan momen mudik lebaran, sehingga momen belanja baju anak menjadi wishlist yang tidak boleh tertinggal. Ohya, kami sengaja transit Singapura karena ingin melihat Changi Jewel dan mampir ke Garden By the Bay saat malam. Kami berangkat ke Singapura via Denpasar menggunakan maskapai Jetstar dengan nomor penerbangan 3K-246 yang berangkat Pukul 19.15 WITA dan tiba di Singapura Pukul 22.05 waktu setempat. Seperti yang pernah ku bilang sebelumnya bahwa waktu Singapura tidak jauh berbeda dengan WITA. Pesawat kami kebetulan on time sekali. Kami sempat khawatir akan tertinggal pesawat karena sebenarnya kami berangkat dari Waingapu dan pesawat kami sempat delay sekitar satu jam. Belum lagi, ini kali pertama kami berangkat ke luar negeri via Denpasar. Kami belum pernah masuk ke Terminal Keberangkatan Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai. Bagi yang belum pernah kesana, aku bakal memberikan sedikit gambaran.
|
Lorongnya penuh mural-mural cantik (Sumber: Liputan6.com) |
|
Terminal Keberangkatan Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai berada di luar. Setelah keluar dari pintu kedatangan domestik, kalian bisa belok ke kanan lurus hingga menjumpai Terminal Keberangkatan Internasional yang banyak terdapat gambar mural-mural lucu di dalam lorongnya. Nah, aku awalnya mengira bahwa terminal keberangkatannya tidak jauh dari lorong tersebut, ternyata aku salah besar. Lorong itu hanyalah pembukanya saja. Masih panjang jalan yang harus dilalui. Kalian akan melewati lorong-lorong yang mirip basement (sepertinya memang berada di sebelah basement, aku tidak sempat memperhatikan karena terburu-buru) hingga menemui pintu masuk kecil dengan beberapa orang petugas bandara. Jangan sedih, setelah itu masih panjang lagi jalannya karena kalian akan menaiki tanjakan yang rasanya tidak ada habisnya untuk ditelusuri di saat kalian sedang sangat terburu-buru begitu. Lorong keberangkatannya biasa saja, bukan bangunan yang menarik mata. Kelegaan kami muncul saat kami tiba di area internasional yang di sana tentu saja lebih didominasi oleh turis mancanegara.
|
Area internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai |
|
Dicari sendiri ya lokasi konter check in nya masing-masing maskapai |
Area
check ini pesawat berada di lantai 2. Kalian bisa menggunakan
lift untuk menuju ke area tersebut. Nah, nanti akan ada banyak pilihan tempat
check in sesuai dengan maskapai yang kalian gunakan beserta tujuan yang ingin kalian tuju. Sebelum
check in, kami sempat memasuki ruang loker atau semacam ruangan untuk bongkar pasang koper. Kami sengaja mengatur isi koper agar tidak perlu menambah bagasi. Hal ini penting mengingat peraturan mengenai bagasi sangat ketat saat pergi ke luar negeri. Setelah memastikan bawaan kami aman, kami bergegas menuju ke konter
check in. Beruntungnya, konter kami tidak ada antrian, sehingga proses
check in berlangsung cepat. Saat itu kami belum sempat membeli tiket balik ke Indonesia. Petugas tetap mempersilakan kami
check in namun meminta kami segera membeli sebelum masuk ke bagian Imigrasi. Tersebutlah kami segera membeli tiket balik sekalian mengambil beberapa uang Rupiah
cash untuk jaga-jaga. Di sana banyak tersedia ATM maupun Money Changer.
So, tidak perlu khawatir. Setelah memastikan semua sudah beres, kami bergegas sholat magrib. Mushola area ini agak tersembunyi di balik tempat semacam gudang, namun tempatnya tetap nyaman dan bersih. Setelah itu, aku menyempatkan diri mengganti popok Radif di Nursery Room. Tempatnya cukup bersih tetapi kecil. Meski demikian, tempatnya masih muat kok jika digunakan bersama dengan ibu dan anak lain. Lagipula, kami hanya butuh mengganti popok saja.
|
Perhatikan anak panah menuju ruang bongkar bagasi |
Pengalaman penerbangan malam itu agak kurang nyaman bagi kami dan Radif ternyata. Radif yang semula baik-baik saja tiba-tiba mendadak rewel dan susah tidur. Padahal kami sengaja mengambil penerbangan ini karena menyesuaikan jam istirahat malamnya. Beberapa kali penumpang warga negara asing di depan kami terlihat terganggu dan mengeluarkan suara semacam menyuruh anak kami diam. Kami paham bahwa sudah seharusnya semua penumpang saling menjaga kenyamanan penumpang lain, kami juga luput dalam menjaga anak. Kami juga tidak bisa berbuat banyak mengingat anak kami juga sedang aktif-aktifnya. Radif baru bisa tertidur beberapa saat sebelum pesawat landing. Ada rasa bersalah terbersit di benakku karena memaksanya ikut dalam perjalanan kali ini. Tetapi, kecemasan sirna saat kami berhasil landing di Singapura dan Radif masih pulas tertidur.
|
Musholanya ada di atas ya |
|
Bayinya tidur sesampainya di Singapura |
|
Agar tidak tersesat di dalam Bandara |
|
Di dalam Bandara Changi. |
Kami menyempatkan diri untuk berbuka puasa di bandara sembari mencari mushola. Bandara Changi sedang dalam tahap renovasi di beberapa bagian, salah satunya mushola. Mushola yang tersedia di sana hanya berupa temporary mushola. Meski demikian, tempatnya sangat bersih, lengkap, dan nyaman serta luas. Selain itu, mukenanya juga bersih dan wangi. Kekurangannya hanyalah tidak ada tempat wudhu sehingga kami harus bolak balik ke toilet untuk wudhu. Karena tujuan kami ke Singapura hanyalah untuk transit beberapa jam saja, kami sengaja tidak memesan hotel. Setelah beres berbuka, kami memutuskan pergi ke Garden By The Bay sekaligus mencari makan untuk sahur. Awalnya kami hendak naik MRT karena mengira layanan MRT 24 jam. Ternyata kami salah. MRT hanya ada sampai dengan pukul 23.00 waktu setempat. Terpaksa kami memesan grab car. Tarifnya lumayan mahal meskipun dekat, sekitar 17 SGD sekali jalan. Rasanya bolak-balik bisa kami gunakan untuk membeli Tourist Pass selama 3 hari. Garden By The Bay tutup pukul 02.00 dini hari. Kami hanya ingin melihat Superbig Tree pada saat malam.
|
Foto di deket Dragon Fly Bridge |
|
Those beautiful trees just made me feel so happy back then |
|
Wefie sama suami di bawah BigTree, bayinya pas belum bangun |
Area Garden By The Bay sangat sepi di tengah malam, hanya ada beberapa penjaga dan satu dua turis lokal yang terlihat. Aku dan suami sangat menikmati suasana malam di sana sambil melihat Superbig Tree berganti-ganti warna dengan indahnya selayaknya pohon dalam film Avatar. Radif juga sempat bangun namun tidak menangis. Kami sempat bertanya ke petugas mengenai beberapa Junk Food Resto atau Restoran Halal lainnya, namun ternyata tidak banyak restoran yang buka 24 jam. Bahkan Junk Food Resto pun tidak ada yang buka 24 jam di sekitar sana. Kami agak kecewa karena berpikir Singapura sama halnya dengan kota-kota besar di Indonesia yang bakal banyak pilihan tempat makan buka 24 jam.
|
Dropping zone Garden By The Bay |
Sambil melihat peta, kami menemukan satu restoran KFC agak jauh dari tempat kami berada, daerah dekat dengan Bugis Junction. Pada saat kami tiba di sana, ternyata restorannya baru saja tutup. Kami sangat kecewa karena hari telah menjelang pagi dan lapar sekali rasanya. Belum lagi biaya yang kami keluarkan untuk naik
grabcar ke sini hampir 2 kali lipat dari sebelumnya. Akhirnya kami putuskan jalan menelusuri pertokoan manatahu ada toko atau restoran yang masih buka untuk sekedar membeli minum atau
snack. Sebenarnya kami sempet bertanya kepada warga lokal namun tempat yang dimaksud agak jauh dari jangkauan sedangkan kami sudah sangat lelah. Untungnya di tengah keputusasaan kami, kami menemukan tempat makan Malaysia bernama Encik Tan dekat sekali dengan Bugis Junction. Di sana kami memesan Es Teh Trubuk, Susu Milo, dan Mie dua porsi. Sayangnya walau halal dan harganya terjangkau, rasa makanannya jauh dari harapan. Meski demikian, kami lega setidaknya perut sudah terisi makanan.
|
Encik Tan's Restaurant |
|
Jajan es sama mie di situ |
|
Suasana Victoria Street sekitar tempat makan, sepi banget |
Tidak berlama-lama, kami memutuskan untuk pesan Grabcar untuk kembali ke Bandara. Sayangnya kami sempat mengalami penolakan oleh sopirnya karena membawa bayi. Mereka tidak berani membawa penumpang yang memiliki bayi karena takut melanggar peraturan lalu lintas yang mengharuskan bayi ditempatkan di carseat. Sopir tersebut menyarankan kami untuk memesan Grab Family saja. Kami pun segera memesannya namun berkali-kali mencoba, kami tidak kunjung mendapatkan grabcar di sekitar kami. Setelah putus asa mencoba, kami iseng kembali mencoba memesan grabcar biasa manatahu kami mendapat sopir yang tidak terlalu strict terhadap aturan. Beruntungnya, kami mendapatkannya di percobaan pertama. Kami lega sekali walaupun harganya lumayan mahal. Kalau dipikir-pikir, jalan-jalan malam di Singapura kurang menguntungkan bagi turis amatiran semacam kami. Selain pilihan moda transportasinya yang terbatas dan mahalnya ongkos taksi atau transportasi online di sana, tidak banyak pilihan tempat makan atau objek wisata yang bisa dikunjungi. Rasanya mudah sekali menghabiskan uang sejuta hanya dalam satu malam di Singapura tanpa menghasilkan sesuatu yang berarti.
|
Pintu masuk Skytrain |
|
Inside the Skytrain, mirip KRL sih |
|
Foto di deket pintu kedatangan |
Setibanya di bandara, kami berencana ingin langsung ke Changi Jewel. Pada saat kami bertanya ke bagian informasi, rupanya mereka tidak menyarankan kami pergi kesana karena butuh meluangkan waktu 5 jam agar kami dapat menikmati Changi Jewel. Keterbatasan waktu transit membuat kami tidak berani mengambil risiko. Sedih sekali rasanya mengingat belum tentu dalam waktu dekat akan kembali ke sana. Melupakan kekecewaan kami karena batal ke Changi Jewel, kami pun menelusuri beberapa spot di Bandara Changi yang bagus untuk tempat berfoto, salah satunya adalah Orchard Garden. Meskipun hanya berupa area kecil yang terdapat replika bunga anggrek besar, rupanya berfoto di sana juga perlu mengantri dari beberapa turis lainnya. Beberapa anak kecil juga terlihat bermain-main di sekitar area ini.
Kami beberapa kali menaiki Skytrain yang menghubungkan antar terminal di Bandara Changi. Puas berfoto-foto, kami pun kembali ke mushola tadi untuk menunggu waktu check in pesawat menuju Bangkok. Radif sempat tertidur lama di musholanya yang nyaman itu sembari aku dan suami sholat tarawih dan menunggu subuh. Beberapa kali kami bertemu dengan orang Indonesia yang sengaja menyebrang ke Singapura via Batam untuk pulang ke Surabaya karena tiket pesawat lebih murah dari Singapura daripada via Jakarta. Rasanya aku menjadi trenyuh sekali dengan dampak kenaikan harga tiket pesawat yang tidak wajar ini.
|
Ini mukenanya bersih banget dan wangi |
|
Inside the musala |
|
Ada sandalnya juga yang gak kalah bersih |
|
My son even could manage to sleep comfortably there. |
Kami tidak sempat mandi atau membersihkan diri selepas sahur dan sholat subuh. Radif sempat makan dan minum susu yang ku bawa dari Waingapu. Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Bangkok menggunakan maskapai yang sama, yaitu Jetstar pukul 07.20 waktu Singapura dan akan tiba di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok pukul 08.45 waktu setempat. Senang bisa kembali menyapa Singapura meskipun mengalami beberapa ketidaknyamanan karena kurangnya persiapan dan informasi yang kami punya. But, it was still fun tho. Senang karena akhirnya punya kesempatan liburan bertiga ke kota ini lagi. Semoga di lain kesempatan, mungkin tahun depan kami dapat kembali mengunjungi Singapura dengan lebih layak dan well prepared. Aku akan melanjutkan cerita liburan ke Bangkok pada postingan berikutnya. Tenang saja, nanti akan ku bocorkan biaya yang kami keluarkan selama liburan sebagai gambaran bagi kalian yang ingin berlibur ke sana bersama keluarga.
0 komentar:
Post a Comment