, , ,

Menikmati Kuala Lumpur dalam Dua Malam

Perjalanan ke Kuala Lumpur kali ini sebenarnya tidak terencana. Awalnya kami hanya berniat menghabiskan cuti liburan di Singapura saja. Setelah kami pikir-pikir, menghabiskan waktu di Singapura akan lebih banyak menguras biaya, terutama untuk urusan penginapan. Selain itu, apa salahnya mengunjungi negara tetangga yang serumpun. Sepertinya akan menyenangkan.

Menara KL dari kejauhan
Kami berangkat ke Kuala Lumpur dengan maskapai Air Asia pukul 10.00 waktu setempat, tepatnya melalui terminal 1 Bandara Changi. Suami saya sempat mengalami kejadian lucu di sini. Pada saat hendak melakukan pemeriksaan Paspor dan sidik jari, ada petugas Imigrasi Singapura yang mempersilakan suami saya untuk melakukan pengambilan sidik jari di jalur Warga Negara Singapura (citizen). Suami saya bingung lantas bilang bahwa dia sudah berada di jalur yang benar. Petugas itupun terlihat bingung lalu beberapa detik kemudian seperti tersadar sendiri. Mungkin dia salah mengira karena wajah suami saya memang sedikit oriental, serupa dengan kebanyakan Warga Negara Singapura. Sebenarnya ini bukan kejadian pertama di Singapura. Saya dan suami sempat tidak dapat menahan tawa saat berada di bandara. Waktu pemeriksaan di Bea Cukai, beberapa perlengkapan mandi saya sempat disita petugas karena ukurannya melebihi 100ml. Saya tidak pikir panjang saat membawanya dari Indonesia. Semua perlengkapan mandi tersebut merupakan hadiah seserahan saat pernikahan, saya malas beli ukuran kecil saat itu. Alhasil, beberapa perlengkapan tersebut musti saya ikhlaskan.

Bus menuju KL Sentral



Kami tiba di Kuala Lumpur Pukul 11.30 waktu setempat. Kami melanjutkan perjalanan menuju KL Sentral dengan menggunakan bus seharga 24 RM untuk dua orang. Busnya seperti bus patas pada umumnya. Perjalanan ke KL Sentral memakan waktu sekitar satu jam, setibanya di KL Sentral, kami langsung melanjutkan perjalanan menggunakan LRT menuju Masjid Jamek seharga 3,2 RM untuk dua orang. Saya dan suami kebetulan menginap di Hotel Transit Kuala Lumpur di Jalan Pudu, tak jauh dari Masjid Jamek Kuala Lumpur. Melihat Kuala Lumpur sepanjang perjalanan menuju ke hotel, mengingatkan saya pada Jakarta, daerah Jalan Gunung Sahari, Pasar Senen, Kwitang dan sekitarnya. Banyak Junk Food Resto bertebaran di sisi kanan kiri jalan, seperti kebanyakan kota besar lainnya. Saya juga bisa melihat Menara KL dan Petronas dari kejauhan.
Drop Zone Hotel Transit

Salah satu sudut kamar
Tak susah menemukan Hotel Transit karena letaknya sangat strategis di tengah kota dan tepat di pinggir jalan besar. Bangunan hotelnya lumayan bagus, begitu pun dengan lobinya. Untuk check in di hotel ini, kami perlu mempersiapkan uang sebesar 50 RM untuk deposit yang nantinya dapat kami ambil kembali saat check out. Di luar perkiraan saya, kamar hotelnya ternyata sangat bagus untuk ukuran bintang 3. Jauh sekali dibandingkan dengan hotel di Singapura, padahal secara harga masih kalah jauh. Saya sangat puas dengan pilihan kamar di hotel ini meskipun pemandangan yang saya dapatkan hanya bangunan hotel sebelah. Saya memang tidak begitu idealis ingin memesan kamar dengan pemandangan yang bagus karena waktu kami di hotel hanya untuk tidur saja.

Kasurnya cukup nyaman
Setelah membereskan bawaan, kami membeli makan siang di Burger King dekat Masjid Jamek sambil memikirkan rencana perjalanan selanjutnya. Sepanjang jalan balik ke hotel, kami sempat mampir di Sevel untuk membeli perlengkapan mandi, cemilan maupun air minum. Ohya jangan khawatir, di Malaysia, harga air mineral hampir sama dengan di Indonesia kok, jadi tidak perlu pusing mencari dispenser isi ulang gratis. Di sana, kalian akan menemui beberapa jenis air mineral, yaitu kemasan tutup putih dan tutup biru. Tutup putih untuk air mineral biasa yang harganya lebih murah dan tutup biru untuk air minum yang disuling dengan teknis khusus. Saya coba untuk membeli keduanya, rasanya tidak begitu berbeda.

Hotel menggunakan air mineral tutup putih
Hari pertama di Kuala Lumpur hanya kami habiskan di Petaling Street atau Chinatown (di Kuala Lumpur). Di sana terdapat China Night Market yang menjual beranekaragam barang. Mulai dari oleh-oleh khas Malaysia, jajanan pasar, hingga barang-barang KW seperti di Pasar Senen. Saya hanya membeli 2 renteng (10 biji) gantungan kunci khas Malaysia seharga 19 RM. Kalian masih bisa menawarnya lebih rendah kok, jangan sungkan menawar pokoknya.
China Night Market (Chinatown, Kuala Lumpur)
Untuk kaos maupun totte bag khas Malaysia, kualitas barang yang dijualnya jelek sekali. Saya tidak tega membelinya sebagai oleh-oleh. Kebetulan sekali saat itu ada perayaan Cap Go Meh, jadi suasana di sana sedikit berisik dengan bunyi petasan. Saya yang sudah cukup lelah dengan perjalanan dari Singapura memutuskan kembali ke hotel saja untuk beristirahat.
Petaling Street
Sebelum beristirahat di hotel, kami menyempatkan makan malam di restoran India dekat Hotel Transit (saya lupa nama restorannya). Kali ini saya memesan mie goreng dan nasi biryani. Porsinya besar seperti makanan india pada umumnya dan harganya relatif terjangkau. Pelayanan di sini bagus sekali. Kami dilayani dengan sangat baik. Saya sangat terkesan dengan kasirnya yang begitu hangat menyambut kami, terlebih setelah tahu kami berasal dari Indonesia.

Sarapan sekilas
Keesokan harinya kami mendapat jatah sarapan di hotel. Di luar dugaan, menu sarapan di Hotel Transit ini ternyata sangat lengkap dan cita rasanya enak. Saya hampir mencoba semua menu sangking puasnya dengan jamuan sarapan. Cukup untuk menjadi tenaga di hari kedua. Hari kedua ini kami berencana untuk mengunjungi Zoo Negara Malaysia dan Batu Caves. Karena malas mencari rute LRT (memang tidak kami temukan juga rute yang khusus menuju kesana), kami memilih untuk naik grab taksi saja. Alhasil kami membeli paket data roaming 1GB dari Telkomsel seharga Rp 120.000,00 untuk pemakaian tiga hari. Lumayan mahal namun cukup menolong untuk kebutuhan internet selama di jalan. Harga grab taksi menuju ke Zoo Negara adalah 18 RM. Sesampainya di Zoo Negara, kami langsung mengantre tiket masuk. Harga tiket masuk di sini adalah 80 RM untuk satu orang.
Counter Tiket Zoo Negara
Zoo Negara ini seperti halnya kebun binatang pada umumnya. Satu hal yang membuat saya sangat antusias datang ke sana adalah adanya konservasi Panda. Selain itu, koleksi binatang di sana juga sangat lengkap. Saya menemukan beranekaragam hewan yang belum pernah saya jumpai, seperti penguin misalnya. Selain itu kawasan Zoo Negara juga cukup luas untuk dikelilingi. Kami menyewa jasa trem seharga 20 RM untuk dua orang. Lumayan untuk menghemat tenaga.
Naik Trem keliling kebun
Menikmati Zoo Negara membuat angan saya teringat pada Ragunan. Kalau di Ragunan, hal yang membuat saya tertarik adalah Smutzer (Rumah para primata) sedangkan di Zoo Negara, saya sangat antusias bertemu dengan Mr. Panda. Di Panda Conservation, tidak hanya panda yang akan kalian temui, namun kalian juga bisa membeli cinderamata bertuliskan Malaysia dengan bentuk panda dalam aneka rupa. Ada gantungan kunci, boneka, tempelan kulkas, kaos, topi dan sebagainya. Meskipun harganya sedikit lebih mahal, kualitas bahannya lumayan kok untuk dijadikan oleh-oleh. Di sana kalian juga dapat bersantai menikmati makanan di Cafe Panda. Desain interiornya tentu saja serba panda.
Cinderamata serba panda

Cafe Panda
Saya lumayan terhibur bertemu dengan Mr. Panda. Mereka terlihat cuek sekali dikunjungi para turis. Dengan santai dan tenangnya mereka makan dan bermain selayaknya anak-anak. Beberapa terlihat sedang tidur siang. Rasanya gemas sendiri melihat tingkah laku para panda. Ukuran panda di sini sebenarnya terbilang kecil jika dibandingkan dengan yang ada di China. Di sini kalian juga bisa membaca beranekaragam informasi seputar panda. Untuk masuk kesana, turis dilarang membawa makanan.

Mr. Panda lagi bobok siang
Puas mengunjungi Mr. Panda, kami melanjutkan tur kami di Zoo Negara. Suasana di sana sangat enak, angin semilir di siang hari seakan menguji mata untuk tidak terkantuk-kantuk. Di bagian belakang terlihat tebing-tebing tinggi mengelilingi kebun binatang. Lokasi ini memang cukup dekat dengan Batu Caves yang akan kami kunjungi selanjutnya.
Bukit-bukitnya
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Batu Caves, kami menyempatkan diri menyaksikan atraksi di Zoo Negara yang selalu rutin digelar dua kali sehari. Pertunjukan atraksi di sana tentunya seputar hewan. Saya cukup terhibur dengan penampilan Roger Si Burung Kakatua yang benar-benar tua. Saya lupa umurnya, mungkin sekitar 66 tahun. Sebelum pertunjukan usai, kami bergegas pergi. Kali ini kami tetap mengambil grab taksi untuk menuju ke Batu Caves. Harganya cukup 5 RM karena lokasinya tidak begitu jauh. Sesampainya di sana, kami bisa melihat patung dewa raksasa yang berada di depan Batu Caves Temple.
Batu Caves Temple
Area di sekitar Batu Caves ramai sekali dengan pengunjung yang rata-rata adalah orang India yang juga datang untuk beribadah. Banyak sekali kudapan-kudapan dan aksesoris khas India dijual di sana. Selain itu, banyak juga burung-burung bertebaran di area sekitar Batu Caves. Menurut saya, lokasinya sangat kumuh. Banyak sekali sampah-sampah berserakan. Terlebih lagi saat naik ke atas kuilnya, hampir di setiap anak tangganya terhambur sampah. Selain itu, selalulah waspada dengan barang bawaan kalian. Sebaiknya dikalungkan saja, terlebih jika itu adalah barang berharga. Di sana banyak sekali monyet-monyet liar yang sangat usil mengambil barang-barang milik pengunjung.
Anak tangga menuju kuil
Setibanya di atas, saya sedikit kecewa dengan kondisi goa yang difungsikan dengan kuil itu. Kondisinya sangat kotor dan bau. Kombinasi bau kotoran hewan dan sampah. Tumpukan sampah ada dimana-mana. Padahal di kanan kiri dinding goa terdapat patung-patung sesembahan. Sayang sekali mengingat sebenarnya tempat ini sangat menarik dan worth it untuk dikunjungi. Kalian akan sering mendengarkan lagu india diputar di sana. Suasananya sungguh mirip sedang berada di India. Saya sempat mencoba jajanan pasar ala India. Rasanya sedikit aneh, tapi masih bisa dinikmati.
Di dalam goa kuil, penuh sampah, pemirsah
Setelah cukup berkeliling, kami memutuskan untuk kembali ke hotel mengingat hari mulai beranjak sore. Batu Caves sendiri terletak di dekat stasiun, sehingga kami tidak kesulitan untuk mencari rute pulang. Ohya, kondisi stasiunnya agak berbeda dengan saat berada di KL Sentral. Mesin tiket tidak berfungsi di sini, sehingga terpaksanya kami harus mengantre membeli tiket cetak menuju ke KL Sentral. Selain itu, suasana di dalam LRT juga sangat ramai. Kondisi ini mengingatkan saya pada kereta lokal ekonomi jurusan Angke atau Rangkasbitung. Setibanya di KL Sentral, kami membeli tiket lagi menuju Masjid Jamek. Kali ini, mesin tiket berfungsi dengan baik. Namun demikian, saya masih perlu mengantre panjang karena bertepatan dengan jam pulang kerja. Setibanya di hotel, kami langsung bebersih diri dan beristirahat. Hari kedua cukup panjang, menyenangkan namun juga sangat melelahkan.
Jalan-jalan di hari terakhir
Hari terakhir menjadi hari yang sedikit sentimentil buat saya karena ini berarti usai sudah rangkaian liburan saya bersama suami. Mengingat penerbangan pulang kami ke Jakarta adalah malam hari dengan maskapai Malindo, kami menitipkan bagasi kami kepada pihak hotel terlebih dahulu ketika check out, sehingga kami masih sempat untuk jalan-jalan menikmati kota Kuala Lumpur. Untuk menghemat waktu, kami hanya berencana mengunjungi KLCC saja. Saya rasa, ini adalah agenda wajib di Kuala Lumpur.
Di depan Twin Tower
Untuk menuju kesana, kami memutuskan naik grab taksi saja agar tidak terlalu lelah. Harga grab menuju kesana adalah 6 RM karena memang tidak terlalu jauh dari hotel. Sesampainya di sana, kami langsung mencari Twin Tower atau Petronas untuk berburu foto. Cuaca yang sangat terik membuat saya lumayan kegerahan selama di sana. Kami berkeliling di area sekitar KLCC Park. Tempatnya enak sekali untuk sekadar berjalan-jalan sambil bercengkerama bersama pasangan. Saya senang sekali diajak kesana oleh suami.
Simfoni Lake KLCC
Air mancur di Simfoni Lake begitu cantik meskipun di siang hari. Puas bersantai di sekitar taman, kami memutuskan untuk sembahyang dan makan siang di Suria KLCC. Saya memesan mie ceker dan suami saya memesan nasi lemak. Mohon maaf, rasa makanan di food courtnya sangat aneh meskipun harganya terbilang murah. Sebaiknya memesan makanan Indonesia saja untuk mencari aman.
Ini aneh banget rasanya
Di Suria KLCC, kalian akan menemukan banyak sekali barang-barang bermerek mulai dari pakaian, tas, sepatu hingga kosmetik dan parfum. Kami sempat melihat-lihat sejenak sambil mendekap dompet agar tidak khilaf dan selalu ingat dengan kalimat "Jangan Golongan II tapi gaya hidup Eselon II". Sesungguhnya di tempat itu kami hanya sedang mencari suaka saja dari terik di luar sana. Selanjutnya suami mengajak saya melihat Aquaria KLCC, semacam Sea Aquarium kalau di Singapura. Saya sudah cukup puas melihat akuarium raksasa, sehingga saya dan suami hanya mengambil foto di depan pintu masuknya saja.
Di depan Aquaria KLCC
Tiket KL Express
Tidak mau ketinggalan pesawat, kami memutuskan untuk kembali ke hotel mengambil bagasi. Selanjutnya kami naik grab lagi menuju ke KL Sentral. Kali ini suami mengajak saya untuk naik KL Express menuju bandara. Alasannya selain penasaran adalah untuk mengantisipasi macet di jalan. Harga tiket KL Express ini lumayan mahal namun sepadan dengan kenyamanannya, yaitu sekitar 55 RM untuk satu orang.Perjalanan menuju bandara tidak sampai satu jam dan kami bisa menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Akhirnya, rangkaian perjalanan liburan kali ini ditutup sampai di sini. Kami harus kembali lagi ke Jakarta. Terima kasih atas hari-hari yang indah di sana, suamiku.

Untuk Rincian Biaya dapat dilihat di bawah ini.


0 komentar:

Post a Comment