Merencanakan liburan ke luar negeri memang selalu menyenangkan, terlebih jika kita menyusunnya bersama orang terkasih. Kebetulan beberapa waktu yang lalu, saya dan suami sempat berlibur ke luar negeri selama kurang lebih 5 hari 4 malam. Saya ingin sedikit berbagi pengalaman mengenai liburan kami tersebut dalam dua postingan terpisah. Kali ini tentang Singapura. Berikut cerita liburan kami selama 3 hari 2 malam di Singapura.
|
Lorong Stasiun Bayfront Menuju Garden By The Bay |
Kami berangkat ke Singapura dari Bandara Soekarno-Hatta pada hari Kamis, 9 Februari 2017 dengan mengambil penerbangan pukul 08.20 WIB menggunakan maskapai Lion Air. Meskipun hanya berbekal dua koper kecil dan dua tas selempang kecil, bawaan kami ini ternyata perlu juga masuk bagasi karena beratnya lebih dari 7 kg. Untung saja maskapai ini menyediakan bagasi gratis. Ketika berlibur ke luar negeri, saran saya bawalah bawaan seringkas mungkin agar tidak perlu pusing memikirkan soal bagasi. Bawa saja yang penting-penting, terutama dokumen pengenal seperti KTP dan paspor. Bawaan yang ringkas juga bisa memberikan ruang lebih untuk menaruh oleh-oleh saat pulang nanti. Sayangnya, saya bukan tipikal orang yang bisa tenang jika hanya membawa bawaan sedikit. Rasanya seperti ada yang kurang saja, sehingga bawaan saya tidak pernah sedikit bagaimanapun saya mencoba.
|
Sarapan di Bakmi GM Bandara Soetta sebelum berangkat |
Mengingatkan saja, sebaiknya segala akomodasi seperti tiket pulang-pergi, hotel atau yang lain-lain sudah dipesan dari sejak berangkat. Selain demi kenyamanan, seringnya pengecekan tiket saat di bandara juga termasuk pengecekan untuk tiket balik ke Indonesia. Untuk hotel, pesanlah yang dekat dengan stasiun untuk memudahkan mobilitas.
Day 1st, February 9th 2017
|
Sekilas Bandara Changi |
Kami tiba di Bandara Changi, Singapura pada pukul 11.05 waktu setempat. Sebagai informasi saja, waktu Singapura sama dengan WITA di Indonesia. Setelah mengklaim bagasi, kami menuju ke Pos Imigrasi Singapura. Ohya, sebelum mengantri di Pos Imigrasi, kalian perlu mengisi Form Embarkasi terlebih dahulu. Biasanya form ini sudah tersedia di bandara. Form Embarkasi ini sebagai pelengkap paspor saat melapor ke Pos Imigrasi. Isi saja seperlunya.
|
Salah satu spot di Bandara Changi, Singapura |
Setelah selesai lapor, selanjutnya, kami membeli Singapore Tourist Pass (STP) untuk
Three Days Pass (3 hari) seharga $30 perorang. Harga STP ini sudah termasuk deposit $10 yang nanti dapat diuangkan kembali saat mengembalikan kartunya. STP ini dapat digunakan untuk naik transportasi umum seperti MRT, LRT, atau bus secara tak terbatas selama di Singapura dan menonton beberapa atraksi lainnya. Bagi yang belum sempat membeli lewat
online, STP ini bisa juga kok dibeli di bandara langsung, tepatnya di Terminal 2. Cari saja bagian Ticket Office. Nanti kalian bakal diarahkan untuk naik eskalator terlebih dahulu untuk menyeberang, lalu turun lagi tepat di belakang Ticket Office yang tadi kalian lewati. STP ini sangat menolong sekali, jadi saya sarankan untuk membelinya.
|
Yah, ternyata ini saja stok foto tourist pass yang saya punya |
Bagi yang membutuhkan koneksi internet, kalian bisa berlangganan data roaming seperti Telkomsel yang menyediakan paket data 1 GB selama 3 hari seharga Rp 120.000,00 atau kalian bisa juga membeli operator lokal tapi harganya sangat mahal. Sebenarnya di Changi Airport sendiri tersedia WiFi, namun hanya berlaku untuk 3 jam. Kami sendiri memilih untuk tidak membeli paket internet karena hotel yang kami pesan sudah menyediakan layanan WiFi gratis. Sedangkan untuk penunjuk arah, kami cukup berbekal google maps
offline saja. Kalian bisa juga melihat posisi kalian sendiri di peta yang tersedia di setiap stasiun. Untuk yang pintar membaca petunjuk maupun peta, sebenarnya Singapura ini lengkap sekali tandanya. Di setiap tempat akan kalian temui banyak sekali tanda yang bakal membantu kalian menemukan tempat atau arah yang ingin kalian tuju. Terutama saat berada di stasiun. Kalian dapat memilih arah pintu keluar mana yang sesuai dengan lokasi yang ingin kalian tuju.
I'm such a bad navigator in the first place, so lucky me to have you there, my husband.
|
Hotel 81 Dickson |
Beruntung sekali, hotel yang kami pesan dekat dengan Stasiun Rochor, yaitu Hotel 81 Dickson yang terletak di daerah Little India, tepatnya di Dickson Road. Di Singapura sendiri sebenarnya ada banyak sekali lokasi favorit untuk menginap. Kalau saran saya, jangan memilih area
red district seperti Geylang, apalagi jika harus sering pulang malam. Menurut saya, Little India ini sudah cukup kondusif kok untuk dijadikan alternatif. Selain tempatnya cenderung aman dan tenang, banyak sekali pilihan tempat makan halal yang terjangkau. Berikut penampakan kamar hotel yang kami tempati. Kurang lebih sama kok dengan yang ada di gambar aplikasi traveloka.
|
Foto lengkapnya googling saja ya |
Hotel ini menurut saya lumayan, sebanding dengan harganya untuk ukuran hotel bintang 3 Singapura. Meskipun kamarnya tidak begitu luas, namun cukup bersih,dan nyaman. Selain itu, perlengkapan seperti sprei, selimut, toiletris dan sebagainya selalu diganti dengan yang baru setiap harinya. Resepsionisnya juga lumayan ramah. Kamar mandinya bersih, air panasnya juga berfungsi dengan baik. Sesampainya di hotel, kami rehat sejenak untuk
unpack bawaan dan membersihkan diri. Selanjutnya, kami juga menyempatkan diri membeli makanan di Little India. Ada banyak sekali pilihan tempat makan di sini. Kami memilih memesan nasi goreng merah dan nasi goreng ikan bilis di restoran Maju 65 seharga $7,5 untuk dua porsi. Porsi makanan di sini besar sekali, kalau tidak begitu lapar sebaiknya pesan satu porsi saja untuk berdua. Harga minuman di Singapura cukup mahal, saya sarankan untuk selalu membawa botol minum sendiri dan mencari isi ulang gratis di sekitar penginapan atau water dispenser di area objek wisata untuk menghemat ongkos.
|
Nasi Goreng Merah dan Ikan Bilis |
When in Sentosa Island
|
Ikon Universal Studio |
Sisa hari pertama kami habiskan di Sentosa Island. Sebelum berangkat, kami pesan tiket S.E.A Aquarium terlebih dahulu di Traveloka seharga Rp 486.546,00 untuk dua orang. Suami saya memang sengaja mengajak saya kesana karena tahu istrinya ini sudah sejak lama ingin jalan-jalan di tempat yang ada akuarium raksasanya semacam Sea World. Kami berangkat kesana naik MRT arah HarbourFront turun di WaterFront Station. Setibanya di sana, kami membeli tiket Monorail Sentosa Express di Vivo City Lantai 3 seharga $8 untuk berdua, harga ini sudah termasuk tiket pulangnya. Pemandangan saat naik monorail juga cukup indah untuk diabadikan kamera. Kami sempat melewati Harbourfront Cruise Center dan terlihat beberapa kapal pesiar (sepertinya begitu) sedang lalu lalu-lalang di sana.
|
Area sekitar Sentosa Island |
Di Sentosa Island kalian bisa berfoto di depan tulisan Universal Studio yang terkenal itu dan mengunjungi beberapa objek wisatanya seperti Universal Studio Singapore, S.E.A Aquarium, Madame Tussauds, Trick Eye Museum, dan lain-lain.
Saya dan suami memilih menjelajahi S.E.A Aquarium saja karena sudah membeli tiketnya. Akuariumnya besar sekali dan cukup bersih terawat. Kalau kata suami saya, jauh sekali jika dibandingkan dengan kondisi Sea World.
|
SEA Aquarium sekilas |
Ohya sayangnya, karena saya masih lelah dan
jetlag, saya agak kurang menikmati suasananya. Padahal kalau diingat-ingat, rasanya menyesal sekali saat itu kami kurang maksimal berkeliling. Apalagi alasan saya ingin ke sana sebenarnya adalah untuk mengejar momen romantis seperti dalam drama korea
I Can Hear Your Voice gitu. Meski begitu, untung saja kami masih sempat mendokumentasikannya lewat video yang bisa kami putar kapan saja. Sepulangnya, kami ingin mengunjungi Singapore
Flyer yang kabarnya adalah kapsul pengamatan tertinggi di dunia. Suami saya sudah antusias sekali untuk mengajak saya naik kesana.
|
Sekilas Flyer. Harap googling ya, tempatnya cantik sekali |
Untuk menuju kesana, kami naik MRT turun di Stasiun Promenade. Dari sana sudah terlihat
flyer nya yang menjulang tinggi dan cantik. Cukup cari rute jalan kaki terdekat saja melalui
google maps. Ohya, tapi sayangnya, kami batal naik. Kami lupa mencari tahu harga tiket masuknya terlebih dahulu. Kecolongan deh. Ternyata harga tiketnya lumayan mahal untuk dihabiskan di hari pertama, yaitu sekitar $33 perorang. Seandainya dipikir ulang, sebenarnya cukup
worth it sih. Mungkin lain kali kami akan kesini lagi untuk mencobanya kembali. Saya dan suami sempat melihat sekilas kapsulnya. Ukurannya memang cukup besar, sehingga satu kapsul bisa diisi banyak orang. Pada saat kembali ke hotel, awalnya kami ingin mencoba naik bus saja. Sayang sekali setelah berkeliling lama, kami tak juga menemukan
bus stop yang tepat dan berakhirlah kami naik MRT lagi menuju hotel. Hari pertama sepertinya tidak begitu sukses seperti jadwal, tapi kalau dikenang kembali, seru juga kok jalan-jalan malam di Singapura bersama suami.
|
Jalanan malam, lagi ada festival |
Untuk makan malam, kami hanya membeli roti sobek saja di restoran Maju 65 seharga $3 karena kebetulan kami tidak begitu lapar dan lebih memilih untuk istirahat cepat.
Day 2nd, February 10th 2017. It's Garden By The Bay Time
|
Akhirnya bisa naik bus di sini |
Berkaca pada kesalahan di hari pertama, kami merencanakan perjalanan di hari kedua ini dengan lebih baik. Kami berusaha untuk disiplin waktu sesuai jadwal yang sudah kami buat saat di Indonesia. Kali ini, saya sangat antusias karena banyak lokasi mainstream yang akan kami kunjungi, seperti Merlion Park, Garden By The Bay, dan lain-lain. Sebelum berangkat jalan-jalan, kami menyempatkan diri untuk sarapan di restoran India Al Bismi. Kali ini kami memesan Rice Meal Vege Chicken seharga $10 untuk dua porsi. Ukuran porsinya jauh lebih besar dari makanan kami kemarin, sehingga banyak yang kami sisakan.
|
Besar sekali, bukan? |
Sebagai informasi, di sekitar Dickson Road ini tersedia dispenser untuk isi ulang air gratis, jadi kami tidak perlu membeli air mineral.
|
Dragonfly Bridge |
Untuk menuju ke Garden By The Bay, kami naik MRT turun di stasiun Bayfront dan keluar melalui exit B menuju Dragonfly Bridge dan Kingfisher Lake. Sebelum naik ke OCBC Skywalk, kami menyempatkan diri untuk mengambil foto di sekitar Dragonfly Bridge. Setelah puas, barulah kami mengantre untuk membeli tiket masuk OCBC Skywalk.
|
Tiket OCBC Skyway |
Harga tiketnya $16 untuk dua orang. Kami hanya diizinkan berada di skywalk selama 15 menit saja. Jujur, saya sangat suka tempat ini. Pemandangan dari atas sejauh mata memandang, semuanya terasa bagus untuk diabadikan. Ditambah lagi adanya keberadaan Bigtree yang menambah eloknya pemandangan.
|
Di antara Bigtree |
Katanya, pemandangan ini akan berkali-kali lipat lebih cantik di waktu petang. Hal ini karena lampu-lampu pada Bigtree mulai dinyalakan, sehingga menambah cantik suasana. Kalau dari gambar-gambar di internet, bentuknya jadi kayak pohon-pohon yang ada pada film Avatar lho. Sayangnya, saya dan suami hanya sempat berada di sana pada pagi hingga menjelang siang saja. Namun, saya tetap puas berjalan-jalan di area Garden By The Bay walaupun cuaca di sana saat itu sangat terik. Puas menelusuri OCBC Skywalk, kami masih betah untuk mengambil foto di sekitar Kingfisher Lake hingga tiba di Marina Barrage. Untuk yang membawa anak kecil, Garden By The Bay ini juga cukup ramah menurut saya. Di sana juga tersedia area bermain anak hingga Children Garden. Pengunjung dapat juga menikmati santapan di Satay By The Bay di area penghabisan Garden By The Bay.
|
Kingfisher Lake |
Menjelang siang, kami melanjutkan perjalanan menuju Merlion Park. Kali ini, suami ingin mengajak saya untuk naik bus saja setelah sebelumnya kami gagal mencoba. Dari Garden By The Bay, kami naik bus 400 (Bus Stop 03371) lalu turun di Raffles Place. Sebelum ke Merlion Park, kami mencari masjid di sekitar Boat Quay untuk menunaikan ibadah shalat jumat terlebih dahulu. Masjidnya tepat tersembunyi di belakang salah satu bangunan (saya lupa apa namanya). Sementara menunggu suami shalat jumat, saya menikmati pemandangan di sekitar Boat Quay atau tepat di depan Hotel Fullerton. Sesekali terdapat kapal-kapal wisata berukuran sedang berlalu-lalang, sehingga menambah cantiknya suasana. Setelah saya dan suami selesai menunaikan ibadah masing-masing, kami berjalan menyusuri tepian Boat Quay ke arah Merlion Park.
|
Uncle's Ice Cream |
Di perjalanan, kami sempat menjumpai penjual Es Krim Singapura yang terkenal itu. Harga sebijinya $1,3 dan ada beberapa pilihan rasa. Tidak ada salahnya lho mencoba karena rasanya lumayan enak.
|
Marina Bay |
Setiba di Merlion Park, alangkah terkejutnya saya karena ternyata Patung Merlionnya sedang dalam rekonstruksi sampai dengan tanggal 26 Februari 2017. Kami sedikit lengah karena tidak mengecek terlebih dahulu ada berita terbaru apa di Singapura terkait tempat wisatanya. Sedih karena ini adalah ikon utama kota Singapura. Maksud saya, rasanya seperti belum berlibur ke Singapura kalau belum berfoto di depan Patung Merlion. Tidak larut dalam kekecewaan, saya mencoba menikmati suasana di sekitar Marina Bay. Tempat ini sangat indah dan tetap dapat dinikmati kok meski tanpa adanya Patung Merlion. Saya dan suami tidak kehabisan akal untuk mengambil foto di
spot lainnya. Ohya, di sana juga tersedia kok miniatur Patung Merlion lengkap dengan air mancur kecilnya. Jadi para pengunjung dapat berfoto di sana sementara yang aslinya sedang diperbaiki.
|
Chijmes |
|
Merlion Park |
Destinasi kami selanjutnya adalah ION Sky dan C.H.I.J.M.E.S. ION Sky sendiri berada di lantai 55 ION Orhard. Ion Sky sendiri merupakan salah satu alternatif jika ingin melihat kota dari atas. Tempatnya cantik dan romantis. Satu lagi yang terpenting, masuknya gratis kok. Kami tidak terlalu lama berada di sana karena harus melanjutkan perjalanan ke Chijmes.
Untuk menuju kesana, kami kembali ke stasiun Raffles Place lalu turun di City Hall. Dari sana kami berjalan sebentar mencari letak Chijmes. Bagi yang belum tahu, Chijmes ini sebenarnya adalah bekas gereja yang disulap menjadi rumah makan bergaya gothic. Asli, pertama kali diajak suami kesini,
I have no idea bangunan macam apa ini.
|
Inside the Chijmes |
Dari luar nampak seperti kastil kecil. Setelah masuk, baru terlihat bahwa ini adalah kumpulan restoran romantis dan bar lucu yang dikemas menjadi satu. Saat kami kesana, situasi di sana sedang sepi pengunjung. Kami hanya sempat melihat-lihat sekilas saja sambil sesekali berfoto. Untuk ukuran sebuah restoran atau minibar, tempat ini cantik sekali dan bisa dijadikan alternatif jika ingin makan malam romantis bersama pasangan. Sayangnya, jadwal kami disini cuma sebentar karena hari sudah mulai sore. Kami harus segera kembali ke hotel untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan malam ke Chinatown. Sebenarnya terlalu dini untuk pulang, namun lelah sekali rasanya setelah berkeliling Garden By The Bay. Kami juga batal mengunjungi Explanade Park.
|
Boat Quay |
Sebelum ke hotel, kami mampir terlebih dulu ke Masjid Sulton Singapura di daerah Bugis untuk menunaikan ibadah shalat ashar. Selanjutnya, kami berjalan kaki menuju hotel. Kami juga sempat membeli makan malam di dekat hotel. Kali ini, kami ingin mencoba menu lain, yaitu murtabak India yang di tempat kita disebut martabak serta mee goreng India. Rasanya enak dan porsinya juga tidak kalah besar. Saya dan suami sempat membungkus pulang sisanya untuk dimakan keesokan harinya. Setibanya di hotel, kami membersihkan diri dan bersiap-siap ke Chinatown. Ternyata setelah mandi, rasanya lelah sekali, sehingga rencana ke Chinatown kami batalkan. Sedih kalau diingat-ingat karena rasanya kurang maksimal menjelajah Singapura selama 3 hari 2 malam ini. Keesokan harinya kami harus mengejar penerbangan ke Kuala Lumpur pukul 10.00 waktu setempat. Kami menuju bandara Changi naik MRT dari stasiun Rochor. Kebetulan kami naik maskapai Air Asia, sehingga kami harus menuju ke terminal 1 dengan menaiki monorail yang tersedia di bandara.
|
ION Sky |
Selesai sudah cerita perjalanan di Singapura kali ini. Sekarang saatnya melanjutkan
short trip ke Kuala Lumpur di pos selanjutnya. Rincian Biaya dan gambar akan saya
update kalau ada waktu. Selama di Singapura, kami sebenarnya jarang sekali mengambil foto layaknya turis pada umumnya, sehingga sedikit sekali informasi dan gambar yang dapat saya berikan. Mungkin karena sangking banyaknya
spot cantik yang bisa diabadikan, alhasil kami lebih banyak lihat-lihat saja sambil menikmati suasananya.
Ya ampun, aku juga waktu itu ke Sea World gara-gara nonton I Hear Your Voice! Hihihi. Segitunya ya efek drama korea.
ReplyDeleteHaha iyaa scenenya tuh bikin mupeng pengen main ke semacam sea world gitu. Kesannya romantis aja. Hihi
DeletePlease info cara dari changi ke hotel 81 dickson krn udh reserve hotel disana.. makasii 😊
ReplyDeletekeren!
ReplyDeletekeren lah buk bisa ke singapura... saya pengen juga kesana, tapi sebagai pencari kerja
Singapore.radio.FM