,

Bapak dan Ayam Jagonya

Ayam jago
Ayam, ayam, ayam! I just wanna slaughter and make you to be a chicken soup! Beberapa minggu ini saya yang sedang libur sejenak dari kerjaan memang masih betah malas-malasan di kampung halaman. Pekerjaan-pekerjaan yang saya kerjakan pun hanya berkisar pekerjaan rumah yang ringan seperti menyapu, beberes rumah, bantu nyuci piring atau kerjaan di dapur, dsb. Ada satu hal yang sempat membuat saya jengkel setengah mati, yaitu hobi bapak saya dalam memelihara ayam. Saya masih inget beberapa bulan yang lalu saya memutuskan memindahkan seluruh kandang ayam di teras ke samping rumah agar teras tidak dikotori dengan kotoran ayam. Saya menyikat dan mengepel teras sejak pagi, membersihkan bekas-bekas kotoran ayam yang masih menempel. Bisa dibayangkan sendiri betapa iyuhnya pekerjaan saya tersebut. Setelah beberapa bulan bertahan bersih, saya yang sempat magang selama 3 bulan di Jakarta tiba-tiba dikejutkan lagi dengan posisi kandang-kandang ayam yang kembali ke posisinya semula ketika saya pulang kampung kemarin. Seakan-akan pekerjaan saya beberapa bulan yang lalu sia-sia. Awalnya saya pikir yasudahlah nanti bisa saya bersihkan lagi.

Beberapa hari di rumah saya sempatkan untuk bersih-bersih rumah. Rumah saya adalah tipe rumah kuno zaman dulu yang berukuran cukup besar, sehingga butuh waktu yang cukup lumayan untuk membereskannya secara keseluruhan. Saya putuskan sedikit demi sedikit mengingat saya sudah diingatkan ibu untuk tidak capek-capek selama di rumah karena sepulang magang, saya dinilai kurus kerempeng. Hehe. Tepat saya harus membereskan teras, saya agak sungkan dengan bapak karena bapak yang memindahkan kandang-kandang ayam tersebut ke teras. Akhirnya saya putuskan untuk nanti-nanti saja meminta izin bapak. Hari berganti hari tidak segera saya gunakan untuk membersihkan teras. Saya mulai malas dan enggan membersihkannya. Sampai suatu hari bapak meminta saya memfotonya dengan membawa ayam jago favoritnya. Haha, entah mengapa saya jadi enggak tega menyampaikan rasa kesal saya terhadap ayam-ayam peliharaannya. Saya tahu bagaimana rasanya menganggur, sehingga wajar kalau bapak juga butuh hobi atau kesibukan di rumah. Namun, tetap saja memilih memelihara ayam adalah hal sangat menyebalkan. Saya memang suka ayam, namun tidak yang dalam kondisi hidup. Ayam yang saya maksud adalah ayam yang sudah tersaji di atas meja sebagai sup atau kari ayam.

Jujur saja, hobi bapak yang satu ini memang sedikit merepotkan. Ayam-ayam tersebut dibiarkan bebas berkeliaran di halaman belakang rumah yang tidak lain digunakan untuk menjemur pakaian. Terlebih lagi kamar mandi saya juga terletak di halaman belakang rumah terpisah dengan rumah utama. Setiap harus ke kamar mandi, saya harus bersabar melewati ayam-ayam yang sudah seenaknya menyulap halaman belakang serupa istananya sendiri yang bebas ia kotori kapanpun ia berhasrat. Dapat dibayangkan sendiri bagaimana wujud halaman belakang rumah saya. Kondisi tersebut memburuk jika ditambah hujan. Halaman belakang juga menjadi becek dan baunya sangat mengganggu ketika melewatinya. Belum lagi bagaimana kondisi teras rumah saya yang juga sudah menjelma menjadi kandang ayam. Bukan kenapa-kenapa, saya hanya merasa malu dan sungkan jika ada tamu berkunjung mendapati dirinya disambut dengan riuhnya ayam yang super annoying itu.

Ayam, dasar hanya binatang, mereka sangat jorok dan tak tahu sopan santun (menurut lo!). Saya yakin sekali, jika hendak menobatkan hewan paling menjengkelkan sejagad, saya tentu akan menganugerahkannya kepada makhluk berjudul ayam tersebut. Namun, saya juga tidak memungkiri. Hobi bapak tersebut tidak hanya serta merta karena hobi atau kesukaan, melainkan untuk menyokong kebutuhan protein hewani seluruh anggota keluarga. Ayam-ayam betina punya bapak tersebut memang rajin sekali bertelor. Telor ayam kampung memang harus saya akui sangat lezat jika digoreng setengah matang (saya tidak berani memasaknya setengah matang lantaran parno flu burung, hihi). Belum lagi jika saya pulang kampung, bapak pasti dengan sangat sukarela menyembelih ayam-ayamnya untuk disajikan pada saya, anaknnya yang jarang pulang ini. Sop ayam yang dibuat dengan perpaduan tangan bapak dan ibu tidak kalah juara rasanya jika dibandingkan dengan Sop Ayam Pak Min Klaten yang terkenal itu (haha). Sekarang saya dan adik-adik pun punya pekerjaan baru, yakni memberi makan dua kali sehari. Sepertinya saya memang harus mengubur dalam-dalam dulu rasa jengkel tersebut sampai saya mendapatkan tempat magang lagi (nasib menunggu penempatan), sehingga bisa membantu ekonomi keluarga. Walaupun sudah tidak tahan dengan teman-teman baru bapak tersebut (red: ayam), agaknya harus saya relakan dulu teras dan halaman belakang rumah kami menjadi tempat berpestanya para ayam. Oh God, don't make this condition happens too long.

1 comment:

  1. Yuk di add pin WA: +628122222995 ayam bangkok vietnam
    Sabung ayam online dan semua jenis permainan judi online ..
    Semua bonus menarik kami berikan setiap hari nya ... :)
    www,bolavita, ltd

    ReplyDelete