Yudisium KBN STAN angkatan 2010 |
Bilangan jam menunjukkan angka 00.00 WIB pada hari Rabu, 9 Oktober 2013. Dengan munculnya score kaca mata pada mesin penunjuk waktu tersebut, genap sudah usia 21 menempel dalam diriku. Sebuah ritual wajib yang lazim dilakukan seseorang di hari lahirnya, memperingatinya sebagai hari ulang tahun. Tahun-tahun sebelumnya berlangsung seperti biasa, tak ada hal luar biasa terjadi dalam momen-momen ulang tahunku selain ucapan dan doa serta perayaan-perayaan kecil yang ku rasa cukup spesial, semacam hadiah kecil dari keluarga atau teman-temanku. Dan, hal-hal seperti itu senantiasa terkenang meskipun bukan hal luar biasa. Namun, momen yang terjadi di hari ulang tahunku pada tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ada hal yang luar biasa terjadi tepat di pergantian usiaku yang meninggalkan angka 20. Aku lulus.
Ya, hari dimana biasanya aku hanya cukup berbahagia memaknai pergantian usia, kini dikalikan lipat entah berapa kali, yang pasti rasanya luar biasa. Pada hari ini, Tuhan sengaja memilihkan hadiah terbaik-Nya untukku. Aku dan 328 mahasiswa Kebendaharaan Negara, STAN angkatan 2010, resmi dinyatakan lulus oleh Lembaga yang selama tiga tahun ini mendidik kami menjadi calon punggawa keuangan negara. Tunai sudah aku membayar kewajibanku menimba ilmu di sekolah kedinasan ini. Tunai sudah APBN membiayai pendidikan kami seangkatan di kampus perjuangan ini. Dan, tepat mulai hari itu juga, aku resmi menjadi salah satu penyumbang angka pengangguran di negeri ini. Haha, tentu saja pengangguran friksional. Pengangguran yang hanya tinggal menunggu waktu penempatan yang (semoga) lekas diangkat menjadi CPNS.
Ya, hari dimana biasanya aku hanya cukup berbahagia memaknai pergantian usia, kini dikalikan lipat entah berapa kali, yang pasti rasanya luar biasa. Pada hari ini, Tuhan sengaja memilihkan hadiah terbaik-Nya untukku. Aku dan 328 mahasiswa Kebendaharaan Negara, STAN angkatan 2010, resmi dinyatakan lulus oleh Lembaga yang selama tiga tahun ini mendidik kami menjadi calon punggawa keuangan negara. Tunai sudah aku membayar kewajibanku menimba ilmu di sekolah kedinasan ini. Tunai sudah APBN membiayai pendidikan kami seangkatan di kampus perjuangan ini. Dan, tepat mulai hari itu juga, aku resmi menjadi salah satu penyumbang angka pengangguran di negeri ini. Haha, tentu saja pengangguran friksional. Pengangguran yang hanya tinggal menunggu waktu penempatan yang (semoga) lekas diangkat menjadi CPNS.
Di tribun Gedung G |
Lega dan bahagia. Mungkin dua kata itu cukup mewakili buncahan perasaanku saat ini. Lega karena sudah menunaikan kewajibanku dengan berpredikat Terpuji dan bahagia karena peristiwa itu terjadi tepat di hari ulang tahunku. Sungguh kado terindah untuk tahun ini. Tak banyak memang perubahan yang akan terjadi dalam hidupku mengingat saat ini dan sampai entah kapan, aku dan teman-temanku masih harus bersabar menunggu kapan pembesar Kemenkeu memanggil kami menjadi bagian dari institusi mereka. Ya, tak masalah bagi kami. Rasa syukur itu menjadi tanda bahwa ketidakpastian-ketidakpastian di depan mata tersebut tak lantas mengurangi kebahagiaan kami. Cukuplah itu untuk saat ini, Tuhan. Aku bersyukur atas nikmat-Mu kepadaku yang kian laksana sungai mengalir, tak henti-henti. Meskipun di sela tawa-tawa ceriaku dan teman-temanku di Gedung G, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara masih menyimpan sedikit kesedihan karena setelah ini tentu saja kami tak akan lagi bisa sering bertemu untuk berkumpul seperti dulu. Sedih, semua lakon cerita seperti sudah hendak menutup tabir perannya dalam belantika cerita di Kampus Tercinta ini. Mungkin setelah ini, akan ada begitu banyak rasa rindu menubuhi hati kami. Tentang rasanya menjadi bersama. Tak apa, hidup memang harus berlanjut. The show must go on. Kami masih menyimpan pundi-pundi mimpi di sanubari masing-masing. Dan, kelulusan ini adalah awal dari semua proses meraih mimpi-mimpi itu. Menjadikannya sebuah kenyataan. Bukan hanya sekadar mimpi-mimpi kosong di langit-langit rumah imajinasi.
Prosesi Yudisium itu berlangsung di Gedung G, STAN pada pukup 09.00 WIB dengan durasi terlambat sekitar satu jam lebih. Peryataan kelulusan itu dibacakan oleh Kepala Bidang Akademik Akuntan, Bapak Akhmad Priharjanto. Nama kami disebut satu persatu. Lihat, betapa tiga tahun terasa begitu cepat ketika berada di tempat itu. Padahal, sebelum pembacaan kelulusan itu, waktu seakan lambat sekali berjalan. Rasa haru yang berkumpul menjadi satu di dalam Gedung G, membuatku tak henti mengucap alhamdulillah, terlebih saat semua prosesi itu selesai dilakukan. Ya, hari ini aku sepeti terlahir kembali menjadi manusia baru. Usiaku bertambah, masa umurku berkurang, predikatku tak lagi mahasiswi, dan aku sudah layak disebut orang dewasa. Kini, di pundakku tak hanya ada tanggung jawab kepada diri sendiri, melainkan tanggung jawab atas keluarga, bangsa, dan agama. Pendidikan itu menjadikanku tertulis sebagai daftar orang terdidik di negeri ini. Dan, mendidik adalah kewajiban setiap orang terdidik. Meskipun tujuanku dididik adalah untuk menjadi punggawa keuangan, hal tersebut tak lantas mematikan tanggung jawabku yang lain. Aku harus memulainya. Ilmuku tak boleh tersia-siakan justru di saat-saat aku masih menyandang predikat pengangguran, yang mungkin selama setahun ke depan. Bismillah. Yudisium, kau bukan penutup, kau pembuka jalanku melangkah meraih impian yang aku sendiri masih merabanya.
wah congrats ya.. :D
ReplyDelete