Suasana Upacara Hari Oeang RI ke-71 di KPPN Waingapu |
Kalau boleh bertanya, siapa sih yang tidak mencintai uang? Semua orang sepertinya menyukai uang, kalau diibaratkan secara ekstrimnya seperti fans memuja idolanya. Lalu, apakah itu berarti semua orang di Republik ini mencintai Rupiah yang dalam hal ini adalah perwujudan dari uang itu sendiri? Secara harfiahnya, tentu saja iya karena mereka semua membutuhkan Rupiah untuk hidup. Namun, apakah makna mencintai Rupiah sampai di situ saja? Sesederhana itukah?
Mari kembali lagi pada kehebohan krisis
moneter pada hampir dua dekade yang lalu. Rupiah kita seperti sedang dihantam
badai besar-besaran hingga nilainya terjatuh ditimpa tingkat inflasi yang
mencapai hampir 600%. Hal ini dikarenakan lemahnya perekonomian kita saat
menghadapi krisis, ditambah lagi besarnya nilai utang luar negeri yang kita
miliki saat itu. Kita yang sempat hidup di era tersebut tentu saja dapat
merasakan langsung dampak kejatuhan Rupiah yang tidak tanggung-tanggung
tersebut. Harga-harga melambung tinggi seakan tak dapat dibendung. Bayangkan
saja, inflasi yang hanya sekian persen saja sering kali membuat pemerintah
kalang kabut apalagi hiperinflasi pada saat krisis moneter. Mungkin sekarang Rupiah
sudah sedikit demi sedikit berangsur pulih. Pulih dalam artian tidak dalam kepungan
krisis. Namun, jangan senang dulu. Tugas menjaga kestabilan nilai Rupiah ini akan
selalu ada selama Republik ini berdiri. Usaha-usaha menjaga kestabilan nilai Rupiah
selalu menjadi salah satu pekerjaan rumah yang tak bisa diistirahatkan.
Beberapa waktu yang lalu, bahkan Rupiah sempat mencapai titik mengkhawatirkan
karena nilainya terus menurun dibandingkan dengan dollar. Di media bahkan
sampai muncul meme-meme lucu (yang sebenarnya memprihatinkan) dengan bunyi
kurang lebih begini “Ini nilai tukar Rupiah atau
nomor call center Mc Donald (14045)”. Nilai Rupiah hari ini terkoreksi sekitar
13.570 terhadap USD. Bukan jumlah yang pantas untuk bersikap tenang, bukan? Lihatlah
pergerakan nilai Rupiah akhir-akhir ini. Rupiah akan stabil bila kondisi
keuangan negara dalam stage sehat.
Source: http://m.madiunpos.com |
Bank Indonesia selaku pemegang
kebijakan moneter tentu saja tidak pernah absen dalam memantau perkembangan
nilai Rupiah. Berbagai kebijakan telah digelontorkan sebagai agenda utama dalam
menjaga kestabilan nilai Rupiah. Lalu, bagaimana peran kita sebagai warna
negara yang katanya mencintai Rupiah? Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah dengan
bersikap bijaksana dalam menggunakan Kartu Kredit. Kita tahu sekarang Kartu
Kredit sudah menjadi gaya hidup, terutama bagi orang-orang yang tinggal di wilayah
perkotaan karena dipandang lebih praktis. Kartu Kredit ini sebenarnya tidak
serta merta dipandang sebagai alat untuk berutang, melainkan sebagai alat
penunda pembayaran. Ada jatuh tempo pembayarannya. Oleh sebab itu, sebaiknya
perhatikan kemampuan keuangan kita. Jangan tergiur dengan kepraktisannya saat
membelanjakan namun ternyata tidak mampu melunasi tagihannya saat sudah jatuh
tempo. Gunakan bila benar-benar sangat membutuhkan. Bila masih bisa membayar
menggunakan uang cash atau debit,
sebaiknya istirahatkan dulu saja Kartu Kreditnya.
Kita sebagai Bangsa Indonesia
tentu saja bermimpi kelak mata uang kita akan dihargai selayaknya dollar atau
valuta asing lain yang sering kali dipilih masyarakat sebagai bentuk investasi.
Kita tentu sangat berharap kelak Rupiah dapat bersanding dengan valuta asing
lain yang saat ini lebih superpower.
Setidaknya, mulai sekarang kita sudah belajar menjadikan Rupiah sebagai tuan
rumah di negerinya sendiri. Pada akhir tahun 2016 lalu, Bank Indonesia baru
saja meluncurkan 11 desain baru uang Rupiah yang terdiri dari 7 desain uang
kertas dan 4 desain baru uang logam. Desain Rupiah terbaru tersebut cukup
menarik dan terlihat berbeda dengan desain-desain sebelumnya. Tampilannya
bahkan menyerupai desain beberapa valuta asing yang cukup punya nama. Hadirnya
wajah-wajah baru pahlawan dalam desain terbaru Rupiah juga turut memberikan
warna baru. Pengetahuan kita tentang pahlawan nasional pun bertambah. Selain
itu, sistem pengamaman uang Rupiah desain terbaru ini pun sudah sangat bagus
dibandingkan dengan desain sebelumnya. Senang rasanya menyimpan uang baru
tersebut di dompet. Sebagai warna negara yang mencintai Rupiah, ada baiknya
kita juga turut memperbaharui uang yang ada di tangan kita dengan desain baru
yang sudah diedarkan oleh Bank Indonesia.
Tahun 2017 segera berakhir,
sudahkah uang Rupiahmu menggunakan desain terbaru? Sampai dengan saat ini, apa
kita pernah mencoba mengamati peredaran uang Rupiah di sekitar kita. Apa
masyarakat kita terlihat senang dengan desain terbarunya atau bagaimana?
Mungkin kalian dapat mengamatinya saat lebaran tiba. Pertukaran uang baru di
bank untuk keperluan angpao lebaran biasanya sangat tinggi. Reaksi penerima
angpao dengan desain Rupiah terbaru biasanya merasa sangat antusias. Seperti
menerima barang baru yang tidak pernah ada sebelumnya. Semakin kita sering
menggunakan uang desain terbaru, maka akan semakin cepat pula uang lama ditarik
dari peredarannya. Mari mulai mencintai Rupiah dengan bangga menggunakannya
sebagai alat pembayaran. Rupiah yang telah beredar sudah ditentukan jumlahnya
oleh Bank Indonesia, jadi jangan khawatir akan berlebih. Kita sama-sama belajar
menjaga kestabilan mata uang Rupiah sedapat yang kita bisa. Rajin-rajin
mengamati nilai tukar Rupiah dan berusaha sebisa mungkin selalu melunasi
tagihan-tagihan kita secara tepat waktu di bank merupakan cara terbaik untuk
mencintai nilai Rupiah kita. Karena Rupiah ini bukan hanya Rupiahku, tetapi
juga Rupiahmu, Rupiah kita bersama. Kita punya tanggung jawab yang sama di
pundak. Meskipun peran kita kecil dibandingkan dengan Bank Indonesia selaku
pemegang kebijakan moneter, namun sumbang sih peran kita cukup dapat
menunjukkan tingkat kecintaan kita terhadap mata uang kita sendiri. Perayaan
Hari Oeang Republik Indonesia jangan hanya sebatas simbolis saja dalam bentuk
upacara, melainkan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
0 komentar:
Post a Comment