, ,

Rupiahku, Rupiah Kita Bersama

Suasana Upacara Hari Oeang RI ke-71 di KPPN Waingapu
Tanggal 30 Oktober 2017 lalu diperingati sebagai Hari Oeang Republik Indonesia ke-71. Jika kita melihat kembali sejarah, sebelum mata uang Rupiah resmi dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah, terlebih dahulu sudah ada ORI (Oeang Republik Indonesia) yang dijadikan sebagai mata uang di Republik ini. Sebagai generasi muda, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana perjalanan panjang hingga akhirnya Rupiah ditetapkan sebagai mata uang resmi negara ini. Jangan sampai, kita hanya senang membelanjakannya saja tanpa tahu bagaimana sejarah uang kita sendiri. Rupiah sendiri konon berasal dari Bahasa Mongolia, rupia yang berarti perak. Hal ini dikarenakan bentuk uang Rupiah pada awal beredarnya dulu adalah berupa koin berbahan baku perak dan emas.

Kalau boleh bertanya, siapa sih yang tidak mencintai uang? Semua orang sepertinya menyukai uang, kalau diibaratkan secara ekstrimnya seperti fans memuja idolanya. Lalu, apakah itu berarti semua orang di Republik ini mencintai Rupiah yang dalam hal ini adalah perwujudan dari uang itu sendiri? Secara harfiahnya, tentu saja iya karena mereka semua membutuhkan Rupiah untuk hidup. Namun, apakah makna mencintai Rupiah sampai di situ saja? Sesederhana itukah?

Mari kembali lagi pada kehebohan krisis moneter pada hampir dua dekade yang lalu. Rupiah kita seperti sedang dihantam badai besar-besaran hingga nilainya terjatuh ditimpa tingkat inflasi yang mencapai hampir 600%. Hal ini dikarenakan lemahnya perekonomian kita saat menghadapi krisis, ditambah lagi besarnya nilai utang luar negeri yang kita miliki saat itu. Kita yang sempat hidup di era tersebut tentu saja dapat merasakan langsung dampak kejatuhan Rupiah yang tidak tanggung-tanggung tersebut. Harga-harga melambung tinggi seakan tak dapat dibendung. Bayangkan saja, inflasi yang hanya sekian persen saja sering kali membuat pemerintah kalang kabut apalagi hiperinflasi pada saat krisis moneter. Mungkin sekarang Rupiah sudah sedikit demi sedikit berangsur pulih. Pulih dalam artian tidak dalam kepungan krisis. Namun, jangan senang dulu. Tugas menjaga kestabilan nilai Rupiah ini akan selalu ada selama Republik ini berdiri. Usaha-usaha menjaga kestabilan nilai Rupiah selalu menjadi salah satu pekerjaan rumah yang tak bisa diistirahatkan. Beberapa waktu yang lalu, bahkan Rupiah sempat mencapai titik mengkhawatirkan karena nilainya terus menurun dibandingkan dengan dollar. Di media bahkan sampai muncul meme-meme lucu (yang sebenarnya memprihatinkan) dengan bunyi kurang lebih begini “Ini nilai tukar Rupiah atau nomor call center Mc Donald (14045)”. Nilai Rupiah hari ini terkoreksi sekitar 13.570 terhadap USD. Bukan jumlah yang pantas untuk bersikap tenang, bukan? Lihatlah pergerakan nilai Rupiah akhir-akhir ini. Rupiah akan stabil bila kondisi keuangan negara dalam stage sehat.

Source: http://m.madiunpos.com
Bank Indonesia selaku pemegang kebijakan moneter tentu saja tidak pernah absen dalam memantau perkembangan nilai Rupiah. Berbagai kebijakan telah digelontorkan sebagai agenda utama dalam menjaga kestabilan nilai Rupiah. Lalu, bagaimana peran kita sebagai warna negara yang katanya mencintai Rupiah? Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah dengan bersikap bijaksana dalam menggunakan Kartu Kredit. Kita tahu sekarang Kartu Kredit sudah menjadi gaya hidup, terutama bagi orang-orang yang tinggal di wilayah perkotaan karena dipandang lebih praktis. Kartu Kredit ini sebenarnya tidak serta merta dipandang sebagai alat untuk berutang, melainkan sebagai alat penunda pembayaran. Ada jatuh tempo pembayarannya. Oleh sebab itu, sebaiknya perhatikan kemampuan keuangan kita. Jangan tergiur dengan kepraktisannya saat membelanjakan namun ternyata tidak mampu melunasi tagihannya saat sudah jatuh tempo. Gunakan bila benar-benar sangat membutuhkan. Bila masih bisa membayar menggunakan uang cash atau debit, sebaiknya istirahatkan dulu saja Kartu Kreditnya. 
Contoh rupiah baru

Kita sebagai Bangsa Indonesia tentu saja bermimpi kelak mata uang kita akan dihargai selayaknya dollar atau valuta asing lain yang sering kali dipilih masyarakat sebagai bentuk investasi. Kita tentu sangat berharap kelak Rupiah dapat bersanding dengan valuta asing lain yang saat ini lebih superpower. Setidaknya, mulai sekarang kita sudah belajar menjadikan Rupiah sebagai tuan rumah di negerinya sendiri. Pada akhir tahun 2016 lalu, Bank Indonesia baru saja meluncurkan 11 desain baru uang Rupiah yang terdiri dari 7 desain uang kertas dan 4 desain baru uang logam. Desain Rupiah terbaru tersebut cukup menarik dan terlihat berbeda dengan desain-desain sebelumnya. Tampilannya bahkan menyerupai desain beberapa valuta asing yang cukup punya nama. Hadirnya wajah-wajah baru pahlawan dalam desain terbaru Rupiah juga turut memberikan warna baru. Pengetahuan kita tentang pahlawan nasional pun bertambah. Selain itu, sistem pengamaman uang Rupiah desain terbaru ini pun sudah sangat bagus dibandingkan dengan desain sebelumnya. Senang rasanya menyimpan uang baru tersebut di dompet. Sebagai warna negara yang mencintai Rupiah, ada baiknya kita juga turut memperbaharui uang yang ada di tangan kita dengan desain baru yang sudah diedarkan oleh Bank Indonesia. 
Sebentar lagi mereka bakal hilang dari peredaran
Tahun 2017 segera berakhir, sudahkah uang Rupiahmu menggunakan desain terbaru? Sampai dengan saat ini, apa kita pernah mencoba mengamati peredaran uang Rupiah di sekitar kita. Apa masyarakat kita terlihat senang dengan desain terbarunya atau bagaimana? Mungkin kalian dapat mengamatinya saat lebaran tiba. Pertukaran uang baru di bank untuk keperluan angpao lebaran biasanya sangat tinggi. Reaksi penerima angpao dengan desain Rupiah terbaru biasanya merasa sangat antusias. Seperti menerima barang baru yang tidak pernah ada sebelumnya. Semakin kita sering menggunakan uang desain terbaru, maka akan semakin cepat pula uang lama ditarik dari peredarannya. Mari mulai mencintai Rupiah dengan bangga menggunakannya sebagai alat pembayaran. Rupiah yang telah beredar sudah ditentukan jumlahnya oleh Bank Indonesia, jadi jangan khawatir akan berlebih. Kita sama-sama belajar menjaga kestabilan mata uang Rupiah sedapat yang kita bisa. Rajin-rajin mengamati nilai tukar Rupiah dan berusaha sebisa mungkin selalu melunasi tagihan-tagihan kita secara tepat waktu di bank merupakan cara terbaik untuk mencintai nilai Rupiah kita. Karena Rupiah ini bukan hanya Rupiahku, tetapi juga Rupiahmu, Rupiah kita bersama. Kita punya tanggung jawab yang sama di pundak. Meskipun peran kita kecil dibandingkan dengan Bank Indonesia selaku pemegang kebijakan moneter, namun sumbang sih peran kita cukup dapat menunjukkan tingkat kecintaan kita terhadap mata uang kita sendiri. Perayaan Hari Oeang Republik Indonesia jangan hanya sebatas simbolis saja dalam bentuk upacara, melainkan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

0 komentar:

Post a Comment