Merantaulah, kau akan mendapat pengganti kerabat dan teman.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. (Imam
Syafii)
Kata sebagian besar orang, semua akan pindah pada waktunya. Bagaimana yang terjadi pada hidupku dalam tujuh tahun terakhir ini sungguh-sungguh tak pernah terbayang di benakku sebelumnya. Tentu saja karena aku memang tak punya daya untuk meramalkannya. Waktu bukan milik atau kuasaku. Apalah aku yang hanyalah seorang pelaksana takdir Tuhan. Namun, jika boleh memutar waktu sebentar, aku teringat pada salah satu momen yang sempat ku lalui pada tujuh tahun yang lalu, satu momen yang tak mungkin ku lupakan (setidaknya akhir-akhir ini), yaitu menandatangani surat pernyataan bersedia ditempatkan (kerja) di seluruh Indonesia. Sudah melihat peta Indonesia yang terbaru? Betapa luasnya wilayah Indonesia dan begitu banyaknya pulau-pulau yang ada di seluruh Indonesia. Banyak di antara pulau-pulau itu sudah berpenghuni. Untuk informasi saja bahwa dimana ada PNS Pusat, disana jugalah pasti ada kantor kementerian kami. Kalimat siap ditempatkan di seluruh Indonesia itu seharusnya terdengar sangat menantang, bukan? Demikianlah seharusnya yang dirasakan oleh gadis muda sepertiku yang belum genap berusia 18 tahun saat itu. Namun yang terjadi, aku justru biasa saja saat menandatangani surat itu. Seperti terkesan meremehkan konsekuensi atas surat itu atau mungkin aku hanya masih naif saja kala itu. Aku lupa kenapa.
Saat menerima amplop SK Penempatan |
Dua tahun sejak pengumuman penempatan definitif itu, aku sudah pindah tugas ke Waingapu mengikuti suami. Lebaran tahun lalu, aku masih bisa pulang kampung dengan hanya sekali naik pesawat dari Banjarmasin ke Yogyakarta. Sedangkan tahun ini, ada hal yang berbeda yang harus aku jalani. Untuk pertama kalinya aku harus mudik dengan dua kali naik pesawat dan satu kali transit. Aku mudik dari Waingapu ke Bogor dan masih melanjutkan perjalanan juga ke Klaten dalam keadaan hamil muda. Untuk mudik ke Bogor, bisa dibilang aku dan suami harus melewati lebih dari tiga provinsi mulai dari Nusa Tenggara Timur, Bali, dan DKI Jakarta hingga tiba di Bogor tepat dini hari tanggal 25 Juni 2017. Rasanya lelah sekali setelah sempat mengalami delay penerbangan dari Denpasar ke Jakarta selama lebih dari empat jam dengan barang bawaan yang tidak sedikit.
Setelah 4 hari 3 malam menghabiskan waktu bersama keluarga di Bogor, aku dan suami melanjutkan agenda mudik berikutnya ke kota Klaten, kampung halamanku. Ya, ini adalah lebaran pertamaku bersama suami. Kami sengaja membagi libur cuti lebaran untuk keluarga Bogor dan keluarga Klaten sama rata. Untuk perjalanan ke Klaten, kami memutuskan untuk memilih transportasi darat dibanding udara. Selain untuk menghemat pengeluaran, hal ini juga untuk meminimalisir risiko kehamilan muda. Selama kurang lebih 9 jam perjalanan yang melelahkan dengan menggunakan kereta api dan melewati tiga provinsi, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan DI. Yogyakarta, kami tiba di kota Klaten di hari yang sama.
Kondisiku dan suami yang sudah kurang fit sejak di Bogor, kami bawa serta ke Klaten. Alhasil, selama di Klaten, seluruh agenda yang sudah kami rencanakan jauh-jauh sebelum mudik terpaksa kami batalkan. Aku dan suami hanya bisa pasrah berdiam diri saja di kamar. Terutama, suamiku sedang masuk angin lumayan parah saat itu. Bahkan, aku dan suami tidak sempat melakukan kunjungan silaturahim ke tetangga sekitar rumah dan hanya terfokus pada kunjungan sanak saudara saja yang kebetulan datang silih berganti. Untuk urusan check up kehamilan pun batal ku lakukan. Aku sedih karena banyak sekali agenda yang rindu ingin ku lakukan selama di Klaten namun terkendala dengan kondisi badan. Memang lebih baik terfokus pada pemulihan kondisi badan saja daripada kembali ke perantauan dalam kondisi tidak sehat. Satu poin yang sempat ku pegang dengan suami agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kami harus minum suplemen vitamin sebelum melakukan perjalanan mudik. Karena ya, kita sama-sama tidak tahu kapan badan kita akan protes pada semua aktivitas yang harus kita kerjakan. Hal ini juga berkaca pada pengalaman saat berlibur di luar negeri beberapa waktu yang lalu dimana kondisi kami sehat-sehat saja meskipun harus berjalan kaki kemana-mana. Salah satunya karena tertolong oleh suplemen vitamin.
Sebenarnya, aku juga bukan tipikal orang yang suka mengkonsumsi suplemen karena dampaknya juga kurang bagus jika harus dikonsumsi dalam jangka panjang. Namun, tidak ada salahnya untuk mengkonsumsi suplemen sebelum melakukan perjalanan jauh agar supaya semua rencana atau agenda penting yang sudah direncanakan, dapat dikerjakan sesuai dengan harapan. Lagipula, agenda seperti ini tidak sering kita lakukan. Sayang sekali jika banyak momen terlewatkan hanya karena tubuh kurang sehat. Selain itu, usahakan untuk senantiasa meringkas bagasi agar tidak memberatkan diri saat harus wara-wiri sepanjang perjalanan.
Setelah 4 hari 3 malam menghabiskan waktu bersama keluarga di Bogor, aku dan suami melanjutkan agenda mudik berikutnya ke kota Klaten, kampung halamanku. Ya, ini adalah lebaran pertamaku bersama suami. Kami sengaja membagi libur cuti lebaran untuk keluarga Bogor dan keluarga Klaten sama rata. Untuk perjalanan ke Klaten, kami memutuskan untuk memilih transportasi darat dibanding udara. Selain untuk menghemat pengeluaran, hal ini juga untuk meminimalisir risiko kehamilan muda. Selama kurang lebih 9 jam perjalanan yang melelahkan dengan menggunakan kereta api dan melewati tiga provinsi, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan DI. Yogyakarta, kami tiba di kota Klaten di hari yang sama.
Kondisiku dan suami yang sudah kurang fit sejak di Bogor, kami bawa serta ke Klaten. Alhasil, selama di Klaten, seluruh agenda yang sudah kami rencanakan jauh-jauh sebelum mudik terpaksa kami batalkan. Aku dan suami hanya bisa pasrah berdiam diri saja di kamar. Terutama, suamiku sedang masuk angin lumayan parah saat itu. Bahkan, aku dan suami tidak sempat melakukan kunjungan silaturahim ke tetangga sekitar rumah dan hanya terfokus pada kunjungan sanak saudara saja yang kebetulan datang silih berganti. Untuk urusan check up kehamilan pun batal ku lakukan. Aku sedih karena banyak sekali agenda yang rindu ingin ku lakukan selama di Klaten namun terkendala dengan kondisi badan. Memang lebih baik terfokus pada pemulihan kondisi badan saja daripada kembali ke perantauan dalam kondisi tidak sehat. Satu poin yang sempat ku pegang dengan suami agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kami harus minum suplemen vitamin sebelum melakukan perjalanan mudik. Karena ya, kita sama-sama tidak tahu kapan badan kita akan protes pada semua aktivitas yang harus kita kerjakan. Hal ini juga berkaca pada pengalaman saat berlibur di luar negeri beberapa waktu yang lalu dimana kondisi kami sehat-sehat saja meskipun harus berjalan kaki kemana-mana. Salah satunya karena tertolong oleh suplemen vitamin.
Sebenarnya, aku juga bukan tipikal orang yang suka mengkonsumsi suplemen karena dampaknya juga kurang bagus jika harus dikonsumsi dalam jangka panjang. Namun, tidak ada salahnya untuk mengkonsumsi suplemen sebelum melakukan perjalanan jauh agar supaya semua rencana atau agenda penting yang sudah direncanakan, dapat dikerjakan sesuai dengan harapan. Lagipula, agenda seperti ini tidak sering kita lakukan. Sayang sekali jika banyak momen terlewatkan hanya karena tubuh kurang sehat. Selain itu, usahakan untuk senantiasa meringkas bagasi agar tidak memberatkan diri saat harus wara-wiri sepanjang perjalanan.
0 komentar:
Post a Comment