Sesuatu Yang Baru



Perubahan itu mutlak terjadi di sekitar kita.  Besar atau kecil, signifikan atau tidak. Dan, suka atau tidak suka akan kita alami juga pada akhirnya. Begitupun dengan saya. Terlebih, saya harus berpindah dari satu kota ke kota lain selama kurang lebih 5 tahun terakhir ini. Beradaptasi dengan lingkungan baru, orang-orang baru, suasana baru, hingga proses mencari kenyamanan baru atas perubahan apa saja yang harus saya alami di tempat baru. Bagaimana rasanya ketika harus meninggalkan setiap jejak yang sudah kita buat di tempat yang kita merasa sudah cukup nyaman dan menyatu. Bagaimana rasanya ketika harus memulai semua dari awal lagi, membangun chemistry lagi dengan orang-orang yang baru maupun lingkungan yang baru, tentu saja dengan segala perbedaan yang ada pada mereka. Saya tidak pernah mencoba untuk membayangkan rasanya, saya lebih suka menikmati dinamika dan prosesnya saja.

Dari Satu Kota ke Kota Lainnya

Saya ingin mengenang beberapa momentum di kota-kota yang pernah saya tinggali untuk sementara waktu di beberapa tahun belakangan ini. Sekadar menyatakan bahwa saya pernah berada di sana, di antara mereka, di antara riuh atau heningnya jalanan di kota-kota itu. Sebenarnya, berbicara mengenai perpindahan bukanlah topik yang menarik untuk dibahas seorang PNS dari Kementerian Keuangan, karena ya, itulah yang akan selalu kami alami. Namun, sebelum saya memulai tour keliling Indonesia berbekal SK Mutasi, saya ingin mengenang beberapa kota yang pernah saya singgahi tersebut.

Saya menghabiskan tahun-tahun sekolah saya di sebuah kota kecil yang berada di antara dua kota keraton, Yogyakarta dan Solo. Kami menyebutnya dengan kota Klaten. Selama kurang lebih 18 tahun saya menghabiskan masa sekolah saya di kota tersebut hingga akhirnya saya mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di sebuah kota pinggiran dekat ibu kota. Takdir membawa saya melangkah jauh dari kota kelahiran saya menuju kota Bintaro, Tangerang Selatan. Setelahnya baru saya ketahui bahwa kota tersebut merupakan salah satu home living city yang cukup terkenal di kawasan Jakarta Selatan. Ya, kota Bintaro masuk di antara kawasan Tangerang Selatan maupun Jakarta Selatan. Kota ini berkembang dengan sangat cepat selama kurang lebih 6 tahun terakhir ini. Pembangunan real estate, pusat perbelanjaan maupun fasilitas umum sedang dalam proses pengerjaan. Salah satu kota impian untuk tinggal bagi warga ibu kota.

Saya menghabiskan tiga tahun yang panjang di kota Bintaro, sebuah kota yang membentuk kenangan tersendiri bagi saya dan teman-teman kampus saya di Jurang Mangu. Tahun 2013 saya lulus dari kampus dan melanjutkan proses magang dan segala macam di kota tersebut. Sebenarnya, kantor tempat saya magang atau On the Job Training tersebar di DKI Jakarta, namun saya lebih suka memilih untuk tetap mengambil indekos di Bintaro. Saya terlanjur merasa bahwa Bintaro adalah rumah kedua saya setelah Klaten. Saya terlanjur cinta pada kota Bintaro dengan segala isinya. Lalu, bulan April 2015 saya pindah ke kota Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah untuk melanjutkan proses On the Job Training tahap kedua. Kota yang hampir saja saya tinggali pada 12 tahun yang lalu. Saya pada akhirnya kembali ke sana. Segalanya bermula kembali.

Pernah tidak sesekali dalam hidupmu, kamu merasa sedemikian bersyukur mendapatkan kota atau lingkungan yang mempertemukanmu pada orang-orang baik? Mereka yang tidak memiliki hubungan darah denganmu namun memperlakukanmu dengan sangat baik tanpa tahu apa yang sudah kamu berikan hingga kamu pantas mendapat perlakuan sebaik itu. Saya sering memikirkannya. Hal yang selalu syukuri selama ini adalah saya selalu bertemu dengan orang-orang baik di kota-kota tersebut. Teman kuliah, teman indekos, sahabat, dosen, pembimbing, rekan kantor, pegawai di beberapa kantor pemerintah, pemilik indekos, sopir angkot, orang-orang di KRL, hingga penjual-penjual makanan di sekitar tempat tinggal saya.

Saya bukan tidak pernah mengalami hari yang buruk selama berada di sana, tapi saya tahu bahwa sudah terlalu banyak kebaikan yang saya dapatkan dibanding dengan apa yang sudah saya berikan. Home is where your heart belongs to. Mungkin itu memang benar adanya. Saya memang tidak pernah bermimpi untuk tinggal di kota-kota itu sebelumnya, baik untuk sementara waktu atau selamanya. Pun, saya tahu bahwa mungkin kota-kota itu tidak akan selalu menjanjikan saya kenyamanan penuh ketika kelak saya kembali lagi. Tapi, hal itu bukan yang terpenting untuk diingat.

Perubahan dalam Perpindahan

Mengalami perpindahan dari satu kota ke kota lain sama halnya dengan menghadapi perubahan atas apa saja yang akan kamu temui di tempat barumu. Jika boleh jujur, sebenarnya saya tipikal orang yang tidak begitu suka dengan perubahan maupun perpindahan. Abaikan pernyataan bahwa hal baru juga merupakan sebuah tantangan baru.  Saya menolak untuk sepakat. Namun, segala yang sudah saya pilih mengharuskan saya untuk belajar menerima segala perubahan dan perpindahan itu sebagai bagian variable yang mutlak, terencana ataupun tidak, acceptable maupun tidak. Saya hanya boleh punya satu opsi, yaitu siap. Bukankah setiap hari adalah proses mempersiapkan diri atas segala kemungkinan apa saja yang akan terjadi esok harinya? Saya belajar dari sana.

Perubahan maupun perpindahan tidak selalu hanya tentang tempat. Bisa pada kesukaan maupun situasi. Sekali lagi, saya tidak begitu ahli dalam menghadapi hal baru dalam hidup saya. Tapi, saya selalu mencobanya.
Teman saya pernah berkomentar pada saya seperti ini.
Kamu kok orangnya setia banget sih fah sama sesuatu. Ya, menu makanan lah, ya merek tertentu pada peralatanmu lah. Gak bosen po?”

Well see, saya bahkan baru menyadarinya. Jangankan untuk perubahan yang besar, untuk sesuatu yang kecil dan sepele saja, saya tipikal orang yang tidak begitu suka berganti-ganti. Ketika saya sudah merasa nyaman pada sesuatu hal, saya cenderung jarang berpikir untuk segera menggantinya. Tentu saja dalam hal ini syarat dan ketentuan berlaku. Selama hal tersebut masih memberikan kenyamanan yang sama pada saya dan selama tidak ada pembanding yang lebih baik dari yang biasa saya gunakan. Misalnya saja soal menu makanan. Saya akan berlangganan pada beberapa tempat makan dan cenderung akan memilih menu makanan yang sama setiap kali saya ke sana. Jangan tanya bagaimana komentar mereka, hampir setiap penjualnya selalu menandai pesanan saya dengan begitu hafal. Namun, The law of diminishing return tetap berlaku di sini. Bukan berarti pula, saya tidak menyukai eksplorasi dalam banyak hal. Kita diciptakan untuk selalu tertarik pada setiap hal yang baru dan belajar beradaptasi atas hal yang baru tersebut. Sudah harfiahnya demikian, literally human being.

Bagaimana Akhirnya?

Saya tidak tahu apa saja yang akan saya temui selanjutnya serta hal baru apa yang akan menunggu saya di masa depan. Namun, saya tahu bahwa Tuhan sudah memilihkan jalan terbaik dari semua skenario-Nya yang mungkin untuk saya, pun rekan terbaik untuk menghadapinya kelak. Bulan Oktober 2015 yang lalu, saya mendapatkan SK Penempatan pertama saya di kota Banjarmasin, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Ini untuk pertama kalinya, saya meninggalkan Pulau Jawa. Saya merasa beruntung mendapatkan kota ini, dimana saya masih begitu mudah menjangkau bandara dan harga tiket mudik yang ramah kantong. Bagaimana rasanya berada di sini selama kurang lebih setengah tahun ini? Saya hanya ingin bilang alhamdulillah semuanya baik-baik saja dan saya rasa, saya mulai menemukan kenyamanan pada kota ini perlahan tapi pasti. Meskipun ya, tidak ada yang sempurna bukan? Ketika mencari keburukan atau kekurangan pada sesuatu hal, kamu akan selalu menemukannya. Namun, apa itu saja poin pentingnya? Saya rasa tidak. Kita tidak boleh terus meminta pledoi atas setiap pos yang kita lalui dalam hidup. Karena, tidak semua yang kita inginkan menjadi sesuatu yang pasti terjadi.

Saya hanya ingin menuliskannya sebagai hal yang baik agar Tuhan pun mengaminkannya untuk hari-hari saya di sini. Perpindahan menjadi mutlak bagi saya, pun dengan perubahan yang mengiringinya ditambah dengan hal-hal baru yang harus saya adaptasi. Pada akhirnya saya akan terbiasa dengan semua itu karena saya tidak akan berhenti belajar untuk mencoba menerimanya.

0 komentar:

Post a Comment