Pagi

Pernahkah kamu menyapa pagi, yang setiap hari kamu kutuki kehadirannya
Pernahkah kamu mencoba bertanya bagaimana rasanya berselimut embun dingin sisa semalam
Mungkin kamu tidak pernah atau bahkan tidak peduli.

Bukankah ia yang senantiasa setia membangunkanmu dari pelukan hangat selimut tebalmu
Mengajakmu berbaur kembali dengan dunia
Sesekali ia tersenyum hangat manakala fajarnya mulai muncul di ufuk timur
Bahkan ia pun tetap hadir meski langit muram di musim ini kerap menemaninya
Tapi, kamu selalu mengabaikannya.

Ia memang bukan senja yang mengantarmu pulang
Kadang pun kamu merasa ia terlalu cepat hadir
Kamu enggan sekali menyambutnya, meski hanya sesekali.

Karena senja yang selalu kamu tunggu
Karena kamu hanya sibuk membicarakan senja
Karena bagimu senja itu yang terbaik
Mungkin kamu lupa,
Pagi itu lebih indah.
Pagi itu lebih hangat
Pagi itu yang senantiasa menyambutmu dengan segelas susu hangat
Pagi itu yang menyaksikanmu dalam balutan terbaikmu
Pagi itu yang pergi bersamamu ketika kamu masih begitu bersemangat
Pagi itu, yang tetap setia kembali lagi esok harinya tanpa perlu kamu minta.

0 komentar:

Post a Comment