Pancasila adalah Definisi Kita Berlima

Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, dalam kehidupan sehari-hari, saya tentu harus memahami serta mengamalkan butir-butir yang terkandung dalam landasan idiil negara kita, yakni Pancasila. Hal tersebut karena Pancasila berperan sebagai pedoman hidup atau way of life bangsa Indonesia. Pancasila memiliki banyak sekali fungsi dan kedudukan yang penting dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut berarti bahwa segala peraturan atau perundang-undangan yang ada tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila adalah jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Di era globalisasi ini, Pancasila berfungsi sebagai penyaring (filter) dari nilai-nilai luar yang masuk, sehingga nilai-nilai yang berasimilasi tersebut tidak bertentangan dengan budaya yang telah hidup dan mengakar pada bangsa Indonesia.
Foto jadul di SS, 3 tahun yang lalu
Baiklah. Meskipun sedang musim TKD, sesungguhnya saya tidak sedang ingin membahas hal-hal berbau Pancasila dan turunannya seperti pemaparan di atas. Kali ini, saya ingin bercerita tentang arti nama Pancasila menurut kamus pribadi saya. Tunggu, kamus pribadi? Ya. Setiap orang pasti memiliki definisi tersendiri mengenai segala hal yang ada dalam kehidupannya, terlepas hal tersebut merupakan definisi terkait terminologi secara ilmiah atau bukan. Begitupun dengan saya. Pancasila mungkin merupakan pedoman hidup bagi bangsa Indonesia, tak terkecuali bagi saya karena saya adalah bagian dari bangsa ini. Namun, di sisi lain, Pancasila juga saya artikan sebagai sebuah nomenklatur dalam persahabatan. Mengapa begitu? Lagi-lagi semua ini adalah sebuah anggapan subjektif –tidak berlaku bagi semua orang. Pancasila menurut kaca mata saya adalah definisi persahabatan saya dan empat orang sahabat saya semasa menempuh pendidikan tinggi di salah satu sekolah kedinasan.

Berangkat dari jumlah kami yang kebetulan memiliki kesamaan dengan jumlah sila dalam Pancasila, kami sepakat menyebut diri kami dengan istilah (bukan) Pancasila. Jika dirunut benang merahnya, saya lupa siapa yang pertama kali memberikan saya ide tersebut, yang pasti justru bukan dari kami berlima. Meskipun mempunyai nama dan menetapkan jumlah, kami bukanlah geng atau klik dalam kamus sosiologi yang sering digunakan dalam istilah pergaulan remaja. Bukan seperti itu. Toh, dalam usia mahasiswa agaknya membatasi partnership bukanlah hal yang bijak. Persahabatan kami bersifat open door policy, ini bukan semacam Politik Pintu Terbuka yang pernah berlaku di negara kita pada masa penjajahan Belanda. Kami memang berlima, tetapi bukan berarti kami tidak berkawan dengan yang lain.

Berbagai agenda, kegiatan, plesir, kulineria, petualangan ajaib, suka-duka, dan segala pernak-pernik persahabatan pernah kami lalui bersama-sama selama hampir tiga tahun (Cieehh, mulai deh dramanya). Kami adalah gabungan tubuh cepat, tubuh kecil, tubuh basah, tubuh bergetar, dan Mr. Rapi. Untuk lebih mengenal siapa saja mereka, saya akan sedikit mencuplikkan profil tentang mereka. Namun, saya tidak akan sedetail mungkin menceritakannya. Siapa tahu mereka akan mendemo saya setelah membaca catatan saya ini. Hahahaha- kidding. Saya mulai dari yang paling tua dulu ya sebagai tanda kalau saya menghormati senioritas. Oops. No offense. Here they are.

1. Hani Hastiwi

Siapa yang menyangka bahwa si mini-unyu dari Purbalingga inilah yang menduduki peringkat pertama dalam hal usia di antara kami berlima. Untuk memastikan bahwa dia pantas menyandang predikat tertua, mungkin salah satu foto aibnya di Pantai Anyer berhasil diabadikan oleh Dwi. Meskipun kecil, dia ini jago sekali dalam bidang olah raga. Apasih yang dia gak bisa. Mulai dari lari sprint, maraton, estafet sampai lari dari kenyataan (lah?) selalu dia juaranya. Dia merupakan salah satu wakil STAN dalam Olimpiade Perguruan Tinggi Kedinasan (OPTK) yang diselenggarakan setiap tahun. Selain itu, dia juga jago pencak silat. Hani tercatat sebagai salah satu anggota Merpati Putih, sebuah UKM pencak silat yang ternama di STAN. Namun, sayang sekali dia jarang datang latihan, Sob. Ssst, tapi jangan bilang siapa-siapa ya nanti saya diomelin sama Hani.
Hani mempunyai kepribadian yang supel, mudah sekali berbaur dan beradaptasi dengan orang baru. Tak heran jika kawannya banyak. Hal tersebut karena dia orang yang ceria, lucu, selalu mencairkan suasana, dan tidak pernah tersinggung meski sering menjadi korban bully. Meskipun mempunyai banyak kawan, dia mempunyai definisi tersendiri mengenai apa itu sahabat. Menurutnya, teman bukan berarti sahabat. Hal tersebut berpatok pada intensitas kedekatan dan tingkat kepercayaan yang dia berikan kepada seseorang, entah dia cukup memberikannya label sahabat atau hanya sekadar teman. I think I agree with her.

Terakhir tentang Hani Hastiwi, dia jago sekali berpuisi. Jangan meremehkan tubuh kecilnya. Hati-hati, mungkin saja dia akan memikatmu dengan pesonanya (ini berlaku buat semua gender, haha). Nox.

2. Nina Andriani

Cewek keren asli Surabaya ini adalah sahabat saya yang paling rajin belajar. Saya sangat kagum pada ketekunannya dalam mengikuti segala kegiatan perkuliahan mulai dari mendengarkan dosen, mencatat materi inti, mengerjakan tugas, tentir, fotokopi materi hingga berburu kisi-kisi dosko. Hal inilah yang membuat nilai Indeks Prestasinya selalu tinggi. Nina mempunyai sifat yang sangat unik, lucu, dan menyenangkan. Kepribadiannya yang polos, ceplas-ceplos, jujur, dan apa adanya inilah yang sering membuat orang suka sekali berbincang dan becanda dengannya. Hal unik yang pernah saya temui darinya adalah Nina masih menyimpan dan menggunakan buku catatan kecil yang sudah dimilikinya sejak SD untuk mencatat inti perkuliahan hingga bentuk dan rupa buku tersebut sangat lapuk. Dan, lantaran saya merasa sangat gemes dengan sikapnya itu, akhirnya saya belikan dia buku catatan kecil yang baru. Satu pengalaman lucu selanjutnya adalah Nina pernah tidak masuk kuliah lantaran mengira bahwa hari Rabu sebagai hari Kamis. Pernyataan tersebut terkuak setelah kami meneleponnya di tengah jam kuliah. Hahahaha
Cewek penyuka warna ungu ini sangat mengagumi sosok polisi. Hal tersebut tidak lain karena sang ayah adalah seorang polisi teladan. Ohya, sekarang Nina sudah jauh lebih cantik dengan hijabnya. Sosok Nina sedikit mengingatkan saya pada sahabat masa SMP, yakni Etyk Setyarini. Namun, tentu saja mereka adalah dua pribadi yang sangat berbeda.

3. Fitri Irka Wahyu Niansyah

Cewek keturunan multietnis Jawa-Minang-Batak-Dayak-Melayu yang lahir pada tanggal 17 April 1992 ini memiliki nama panggilan Fika. Mungkin kalian pernah membaca postingan saya tentang sosok Fika ini. Saya akan mengulangnya sedikit. Fika adalah sahabat saya yang paling pintar dan cerdas. Dia selalu mendapat predikat IP tertinggi di kelasnya. Dia adalah penggemar segala hal berbau Korea, mulai dari makanan, kebudayaan, K-pop, K-drama serta berbagai Reality Show dari Negeri Ginseng tersebut. Jangan heran jika dia bisa menyebutkan dengan lancar dan detail mengenai nama-nama selebriti Korea. She is an everlasting friend –nama fans Super Junior. Fika sangat modis dalam berpenampilan. Bukan dengan barang-barang branded, namun lebih cenderung memperhatikan setiap detail penampilannya selayaknya cewek feminin. Fika mempunyai kepribadian yang sangat baik, rajin, perfeksionis, supel, ramah, dan loyal. Dia akan selalu menawarkan pempeknya setiap dia balik dari Palembang. Selama bersahabat dengan Fika, saya tidak pernah mendengarnya membicarakan keburukan orang lain. Hal tersebutlah yang membuat saya sangat kagum pada sosok sahabat saya ini. Jangan pernah membuat Fika merasa bersalah, karena dia akan sangat terpukul dan menjadi rendah diri.
Selain pintar, Fika juga multitalent. Dia sangat jago memasak, menyanyi, dance, dan berbahasa asing. Dia paling doyan makan makanan yang superpedas. Ibarat kata jika level pedas tertinggi adalah 8 shu (satuan dalam sebuah acara Raja Pedas di TransTv), level Fika mungkin ada di angka 9. That’s cool, girl!

4. Hanifah Rufa’idah

Berbicara tentang diri saya sendiri, nampaknya penilaian kepribadian cukup saya serahkan kepada kalian yang mengenal saya. Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana diri saya di mata orang lain. Jika di mata saya sendiri, saya adalah fans utama Taufik Hidayat. Saya juga sangat mengagumi sosok Jenderal Soedirman. Dalam hal hiburan, saya sangat menggemari tayangan bulutangkis serta Drama Asia, mulai dari K-Drama, Dorama Jepang, Drama Taiwan, Serial Mandarin, Thailand, hingga film Bollywood. Selain itu, sangat suka dengan tokoh kartun Winnie The Pooh dan novel-novel bergenre sejarah. Untuk pilihan wisata, saya sangat suka bertandang ke pantai, terlebih pantai yang masih jarang disambangi orang.
Saya mendapat julukan Emak dalam kelompok ini. Entah bagaimana definisinya, silakan bertanya kepada teman-teman saya. Saya sangat berkeinginan mengunjungi sebuah desa di pedalaman Inggris, yakni Edensor. Semoga kelak akan terwujud.

5. Dwi Wijayanto

Dulu dia adalah anggota boyband Teletubbies. Eh, bukan ding. Peace, Wi. Dwi adalah satu-satunya laki-laki sekaligus menjadi yang termuda dalam kelompok ini. Saya tidak akan menyebutkan tanggal lahirnya, karena dia tidak begitu suka tanggal lahirnya diketahui banyak orang. Mungkin sebagian besar laki-laki menggemari olah raga sepak bola, namun Dwi merupakan salah satu dari sebagian kecil laki-laki yang tidak begitu antusias dengan olah raga universal tersebut. Dia bukan tidak suka, hanya saja dia bukan tipikal laki-laki yang akan dengan sukarela begadang sampai pagi hanya demi menonton tim bola favoritnya berlaga. Namun, Dwi mempunyai kecintaan pada jenis olah raga yang lain, seperti tenis dan bulutangkis.

Kami sering menjuluki Dwi sebagai pelanggan vivanews.com. Apapun yang keluar dari mulutnya, kebanyakan adalah hasil membaca dari situs tersebut meskipun dia sendiri tahu bahwa banyak sekali informasi hoax dalam situs itu. Dwi lebih suka mendengarkan lagu-lagu lama seperti lagu-lagu Nike Ardilla, Coldplay, Westlife, dll, ketimbang lagu-lagu masa kini. Dwi adalah satu dari laki-laki super-rapi-bersih-wangi dan berselera tinggi dalam memilih barang atau gadget. Sebenarnya dia tidak suka jika dibilang begini. Baginya, selama sanggup membeli barang yang berkualitas dan asli, untuk apa membeli yang asal-asalan ataupun tiruan. Cowok keturunan Jawa-Flores yang menetap di Kalimantan ini mempunyai kepribadian yang sangat baik, rajin, dan ringan tangan terhadap kawan. Kemanapun kami hendak pergi, selama Dwi sedang longgar, pasti dia akan dengan sukarela mengantar. Dia juga seseorang yang sangat menjunjung tinggi kesetiakawanan, sehingga dia akan sangat senang sekadar diajak berkumpul atau jalan-jalan dengan teman-teman di kala senggang.

Nah, mungkin itu sedikit tentang saya dan mereka. Sekali lagi, semua ini bukan tentang nomenklatur Pancasila secara filosofis atau apapun itu. Kami hanyalah sekumpulan mahasiswa-mahasiswi rajin (uhuk) yang sering nongkrong di depan air mancur kampus STAN setiap akhir pekan sambil menenggak susu Cimory dan berfoto-foto di depan lampu taman kampus. Jika ada kesamaan karakter dan nama, itu hanyalah kebetulan belaka. Sekian dan terima kasih.

0 komentar:

Post a Comment