Kecil

Menurut ukuran semesta, mungkin ia begitu tak berharga. Ia terabai, terlupakan, bahkan (mungkin) sungguh tak pernah diingat ada sama sekali. Ia hanyalah semacam partikel berukuran sepersejuta nanometer di antara raksasa dunia. Padanya masih perlu mikroskop cahaya versi terbaru untuk sekadar mengetahuinya ada dan berwujud. Tanpa ia sadari pun, jauh-jauh dalam dirinya justru telah lama sengaja atau tanpa sengaja kehilangan anggapan ada atas dirinya di kehidupan orang lain, pun pada hidupnya. Ia menjelma menjadi sebongkah benda asing tak kasat mata bagi semua yang merasakan nafas kehidupan. Ia tak tahu bagaimana cara menggambarkan dirinya sendiri. Mungkin serupa elektron-elektron yang mencoba mencapai kesempurnaan dengan melompati orbital-orbital terdekat. Ia mulai merasa tak berarti. Berkali-kali ia mencoba terlihat, yang terjadi justru ia sedang membuat dirinya terus ditertawakan dunia. Ia belajar menerima tempatnya kini, mungkin di antara tumpukkan kegagalan. Caranya kini mulai diterima sebagai sebuah bentuk tahu diri atas keberadaannya di mata yang lain. Perlahan, ia mulai memberontak tak terima lagi. Darinya ia sadari, kecil pun ia, ia ingin tetap dipandang ada dan berarti. Ia mulai belajar menolak tempat yang menjadikannya jauh dari kata ada. Ia ingin memberikan guna, ia bukan benda kecil tak kasat mata yang sering kali hanya menjadi objek amatan. Ia manusia, ia pun menyadari, sekecil apapun ia, Pencipta selalu menyediakan rencana mengapa ia diadakan, dan itu pasti adalah sebuah guna untuk yang lain. Mungkin ia hanya perlu belajar memahaminya. Sekecil apapun nilai guna atas dirinya. Ini adalah kehendak-Nya.

0 komentar:

Post a Comment