,

Paket Kuliah Gratis, Expired!


Ujung sebuah perjalanan seorang penimba ilmu, namun bukan lantas menjadi sebuah akhir. Sederhana saja. Semua tentang bagaimana rasanya mengenang langkah kaki pertama sebagai seorang mahasiswi, tentang bagaimana sensasi hari pertama kuliah di kampus perjuangan ini. Anganku terbang melintasi lorong waktu, tepat saat  kalender menunjukkannya pada hari Senin, 4 Oktober 2010. Pintu pertama, di Ruang I 104, Gedung I, STAN dan disambut oleh Bapak Dosen PIE, Bapak Soemarto Eka Putra hingga akhirnya kini di hari yang lain, diantar pulang lewat lorong waktu pula setelah tiga tahun berjuang untuk menimba ilmu disini, semua hari-hari belajar itu ku tutup, tepat di Ruang I 103, Gedung I, STAN, seraya mengucap selamat tinggal pada Sang Dosen Monev, Ibu Olfah. Dari seorang mahasiswi Semester 1 kelas 1-D hingga berakhir sebagai mahasiswi Semester 6 kelas 3-F, Kebendaharaan Negara. Waktu cepat sekali berlalu.

Aku masih ingat betul bagaimana gemuruh semangat itu membakar diriku, di detik pertama aku memasuki ruang kelas bernama Ruang I 104, bangku kuliah pertamaku. Lebih beruntungnya lagi hari itu adalah jadwal mata kuliah yang ku rasa merupakan bagian termenyenangkan dari semua mata kuliah anak "IPS", yaitu, Pengantar Ilmu Ekonomi. Meskipun aku tidak terlahir secara murni dari godokan kelas IPS waktu di SMA, pada akhirnya IPS juga yang ku pilih sebagai jalan hidupku. Justru setelah 2 tahun menguras energi untuk berkecimpung dalam berbagai eksperimen di laboratorium anak-anak IPA ketika SMA, semua ku lupakan begitu saja saat ku putuskan untuk mengambil jalan lain ini, menjadi mahasiswi Kebendaharaan Negara. Jauh sekali dari  bidang scientist. Aku menikmatinya tepat di hari pertama kuliah di sini. Bapak Soemarto selaku Dosen PIE yang masih sangat muda ini seakan menunjukkan padaku (secara tak langsung) bahwa kuliah ini  akan sangat menyenangkan. Cara mengajarnya yang pasif memberikan kami kesempatan belajar untuk mengajari. Lebih tepatnya, kami seolah dibiarkan belajar sendiri dengan cara yang Beliau sediakan. Buku-buku karangan Lipsey, Mankiw, Sadono Sukirno, dll, menjadi teman baru kami. Seolah dipaksa harus mengerti di luar kepala setiap biji huruf yang tercantum di dalamnya. Berat, namun menyenangkan, bagiku. Detik-detik itu pula yang memberitahuku tentang tugas lain sebagai orang baru. Mengenal semua teman-teman kelasku. Rasanya baru kemarin ku lakukan.

Ah, banyak sekali sebenarnya yang bisa ku kisahkan tentang hari-hari kuliah disini. Tak hanya berbagi cerita unik, aneh, menyenangkan, menyebalkan, merepotkan, mengejutkan dari semua mata kuliah disini. Tentang kebiasaan-kebiasaan dosen, teman-teman sekelas, hingga Cleaning Service Gedung I, tentang uang rapelan, tentang aturan-aturannya. Tentang degradasi ambisi dan semangatku terhadap kata sakral berjudul IP. Semuanya saling terkait. Hanya saja itu cukup aku kenang sendiri saja di kepalaku, kenangan yang sama jika diberi label sebagai subbab sebuah cerita, sama di setiap kepala anak-anak Kebendaharaan Negara. Variatif namun sejenis. Aku memilih mengemasnya untuk diriku sendiri. Biarlah foto-foto itu yang bertutur.

Waktu seakan terburu-buru menunaikan tugasnya untuk menemani kami menikmati paket kuliah gratis di kampus impian ini. Entah harapan seperti ini pernah tersemat atau tidak, hanya saja aku merasakan kehilangan yang tak terkira meski belum nampak muasalnya. Kapan lagi memperbincangkan lelucon kelas yang tak lucu? Kapan lagi mengakrabkan diri dalam bentuk bullying yang tidak menyakitkan? Kapan lagi mengagungkan label-label seperti freerider, dewa, psytrap, psywar, dsb? Kapan lagi makan-makan bareng di Stanline? Kapan lagi gathering-gathering kelas? Ahh, semua terlalu sedih untuk direka ulang ingatan. Meskipun teramat ingin mengenangkannya lagi. Selagi masih disini.

Menutup pintu Ruang I 103, Tepat pukul 12.15 WIB. Mata kuliah Monitoring dan Evaluasi bersama Ibu Olfah selaku Dosen, tak dinyanya sebagai pertemuan terakhir untuk kuliah di kampus ini. Tak akan lagi jam-jam membosankan mendengarkan kuliah dosen di kelas. Tak akan ada lagi celetukan-celetukan Yunus dkk untuk mengusir jenuh. Tak akan ada lagi wajah-wajah tertidur di kelas yang siap dijadikan korban paparazi. Tak akan ada lagi. Kalaupun berkumpul lagi, semua tak lagi sama. Karena tepat di hari itu, Rabu, 8 Mei 2013, kami menutup seluruh rangkaian perjalanan perkuliahan di sekolah gratis ini. Kami tamatkan amanat APBN yang senyatanya menghidupi pendidikan kami. Semuanya sudah tunai kami bayar. Seluruh batas minimal kewajiban menghadiri kuliah, semuanya tanpa kecuali, cukup sudah. Tinggal menghadapi Ujian Akhir Semester penghabisan serta menuntaskan semua kewajiban lain yang masih sabar menunggu untuk segera dibereskan. Dan itu, sudah memberiku gambaran tentang sebuah perpisahan dengan almamater ini. Tempat yang membangunkan semua kenangan-kenangan di Bintaro, selama 3 tahun. Meskipun tak akan pernah ku dapati jalinan persahabatan atas nama senasib sepenanggungan sebagai keluarga besar Angkatan 2010, aku harus merelakan momen-momen itu dirampas sang waktu. Perpisahan sering kali menghadirkan kesedihan mendalam, namun tak sedikit menuturkan harapan baru untuk pertemuan lain di masa yang akan mendatang dengan cara yang lebih indah, entah itu kapan. Terima kasih semuanya.

0 komentar:

Post a Comment