Jejak Langkah


SMP N 1 Karanganom

Seseorang mungkin sudah beranjak jauh dari masa kecilnya. Mulai menapaki jengkal-jengkal wilayah kehidupannya yang kian sempit lingkupnya tetapi begitu rumit. Namun, tentu saja dalam benaknya tak pernah ada keinginan atau pun kemampuan yang maha luar biasa untuk sungguh-sungguh melupakan apa saja yang sempat dijalani atau benar-benar diplilih untuk dilakukannya, saat itu. Takkan pernah benar-benar ia lupakan atau sekadar disebut hilang tak bertuan. Kecuali jika memang Tuhan menghendakinya lenyap, ditelan memori lain, amnesia atau apalah sebutannya.

Ku kisahkan pada kalian tentang beberapa helai kalimat tentang jalan pendidikan seseorang hingga kini ia masih bernafas sebagai penuntut ilmu di sebuah sekolah kedinasan yang cukup bisa dipertimbangkan sebagai alternatif masa depan. Memulai menimba ilmu, ia daratkan di TK Pertiwi Jungkare yang sempat menemaninya menghabiskan masa kanak-kanak lantas naik pangkat ke bangku sekolah dasar, SD N 2 Jungkare selama dua tahun. Baginya tak pernah terbesitkan akan meninggalkan SD tersebut beserta sahabat masa kecilnya, ia harus pindah ke SD N 1 Jungkare. Meskipun masih satu desa, semua tak sesederhana itu bagi seorang bocah, terutama dia. Perlahan ia mulai menemukan atmosfer adaptasinya di SD barunya, sulit memang. Hanya saja segalanya terlihat biasa saja di mata orang-orang.

Entah ini butuh dikisahkan atau tidak, ia pernah hampir ditinggalkan orang tuanya untuk menuntut ilmu di sebuah kota nan jauh dari desanya untuk tinggal bersama seseorang yang mungkin tidak begitu dikenalnya, seseorang yang dengan janjinya akan menanggung segala biaya pendidikannya, ia tak mengerti dan hanya mengiyakan. Namun, segalanya adil baginya. Semua tak jadi berlangsung hingga ia kembali dan memutuskan untuk bersekolah di SMP N 1 Karanganom. Sekolah yang mempertemukannya dengan pelbagai macam karakter yang begitu saja membuatnya nyaman dan betah. Sekolah yang membantunya mengukir prestasi meski tak seberapa. Di sanalah, ia temukan salah satu inspirasinya melangkah meraih cita-cita dengan begitu optimis dan bergairah. Seseorang yang selalu ingin ia kalahkan tetapi tak henti membuatnya menatap pada sosok itu. Entah. Mungkin saat itu ia baru saja mengenal jatuh cinta. Ia sendiri pun tak mengerti. Terlalu naif memang, saat orang itulah yang bahkan sanggup mengukir semangat di hati kecilnya. Seseorang yang bahkan bukan siapa-siapa. 

SMA N 1 Karanganom

Merasa sedikit lebih pintar dari kawan-kawannya, membuatnya ingin sesuatu lebih. Ia tak ingin bersekolah di kecamatan lagi. Ingin sekolah terbaik. Namun, kali ini nasib harus menahannya sekali lagi di tempat itu. Ia gagal membujuk orang tuanya untuk menyekolahkannya di SMA terfavorit di kabupatennya. Ia sedih. Namun, cuma sebentar. Ia mulai menerima kondisi tersebut. Ia sadar betul siapa dirinya, berusaha untuk tahu diri bahwa terkadang kita memang bukan siapa-siapa dibandingkan apapun, apalagi hal rumit seperti takdir. Baginya memahami kesulitan orang tua adalah hal krusial yang tak boleh sedikitpun dibantah nuraninya. Ia sulut lagi api semangatnya untuk menjalani tiga tahun masa SMA di SMA N 1 Karanganom. Ia memang terbiasa menerima. Mungkin itulah yang memudahkan langkahnya menyelesaikan tiap semester dengan baik disana. Restu orang tua memang ridho Tuhan. Ia pun akhirnya mengerti.

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Dulu, ia bermimpi tinggi sekali hingga ia lupa satu hal, mungkin itu akan menjatuhkannya kapan-kapan. Dan benar saja, ia gagal di dua tempat yang benar-benar diinginkannya. Namun, kali ini ia harus menyaksikan keajaiban dan kemurahan hati Tuhan sekali lagi. Kini, ia berada di tempat yang benar-benar di atas keinginannya. Lebih dari sekadar membuatnya lega, lebih lengkapnya hal tersebut lah yang membuat orang tuanya optimis kelak menggantungkan nasib padanya. Ia hanya menjalani. Hingga kini, ia hanya berdoa semoga Sekolah Tinggi Akuntansi Negara inilah jalannya untuk meraih semua mimpi yang ia punya di list kepalanya. Janjinya sebagai anak pertama. Semoga. Aamiin. Bismilahirohmanirohim. 


0 komentar:

Post a Comment