Choose and Be Responsible

Life is a Choice

Bicara soal pilihan hidup, tak hanya melulu tentang pasangan hidup. Bisa berarti juga jalan hidup atau semacamnya. Entah. Pernah berkali-kali menghadapi jalan berpintu seribu terkadang membuat seseorang belajar tentang bagaimana cara menimbang-nimbang sebuah keputusan hingga menjadi sematang mungkin untuk cukup layak dijalani. Tentang mana yang sebaiknya diambil atau mana yang seharusnya dilupakan. Langkah yang tak selancar jalan tol justru mengajari seseorang untuk lebih bijak dan menghargai setiap inchi perjuangan yang pernah ia lakukan. Bukan sekadar berpasrah pada guratan nasib atau mengalir laksana air, dari hulu ke hilir. Bukan seperti itu. Karena segala hal yang manis berbuah dari kerja keras.


Mengulang kembali masa-masa dimana butuh banyak pertimbangan dan pendapat, membuatku banyak sekali berucap syukur. Setidaknya sampai detik ini tak banyak yang ku sesali, semua seperti keinginanku meskipun berulang kali diuji dengan sesuatu yang cukup mampu menciutkan nyaliku. Tuhan memang sangat baik. Ia berikan semua cuma-cuma hanya saja harus melewati jalan yang sedikit harus membuat kita mengatur napas, lebih panjang lagi. Tentang sebuah kesabaran yang menggiringmu pada pilihan hidup yang terbaik hingga kau mampu dan harus bertanggung jawab terhadap pilihanmu itu.

Tak jadi masuk jurusan IPS atau Bahasa ketika SMA, mendaratkanku di jurusan IPA. Aku sempat takut tak mampu mengikuti dengan baik. Aku seperti aku yang sudah-sudah, sangat rendah diri manakala harus menghadapi hal yang seakan terlihat sulit di depan mataku. Dan ternyata, segalanya lancar selama ku ikuti aturan-aturan main teori yang berkesimpulan tentang segala hal baik memang berbanding lurus dengan niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Tuhan memang tahu apa yang baik untukku, lewat orang tua yang menjadi perpanjangan tangan-Nya, semua terasa mudah. Lancar di masa SMA membuatku harus mengalami jatuh bangun nyali dan motivasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi lantaran semua tak semudah menekan tombol yes/no. Cause The war just begun. Lagi-lagi aku tak boleh bermanja-manja barang sejenak pun.

Sempat ditolak PBUTM Biologi UGM membuatku harus melewati UM UGM, dan lagi-lagi aku ditolak di jurusan impianku, HI UGM dan menjatuhkanku di jurusan Biologi yang sedari semula tak begitu ku inginkan, hal yang membuatku merasa "segala hal baik pasti tak hanya berasal dari terkabulnya keinginan, bisa jadi Tuhan punya rencana lain yang lebih indah dan pantas". Aku sudahi kekecewaan kecilku itu. Aku tahu, Tuhan takkan diam jika aku mau berusaha mengukir jejak lain yang mungkin lebih baik untukku. Namun, di detik berikutnya, Ujian STIS Tahap II juga membatalkan cita-citaku bersekolah di kedinasan. Ah, terkadang hidup punya ribuan pintu masa depan yang sarat misteri. Kecewa (lagi). Kali ini aku harus memaksa diriku berpacu dengan probabilitas. Bukan lagi persoalan menang-kalah. Selalu ada harapan lain.
Kelas 1-D Kebendaharaan Negara 2010
Aku mulai merenda asa untuk mendaki puncak impianku, impian orang-orang terkasihku. Dan, Allohuakbar! Tuhan mengabulkannya. Bukan hanya sekejap, semuanya butuh proses. Proses menimbang-nimbang pilihan,  kerja keras dan berdoa. Pun restu orang tua itu penting. Hingga, disinilah aku sekarang. Mahasiswi Kebendaharaan Negara STAN. Hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Bahkan bermimpi pun aku takut, aku takut kecewa lagi. Keajaiban. Ya, mungkin sedikit absurd menyebutnya. Hanya saja aku memang  percaya betul semua karena Kekuasaan-Nya. Kun fa ya kun. Apa yang tak mungkin untuk-Nya. Dia hanya ingin aku bertanggung jawab pada pilihanku, doaku dan segumpal kebahagiaan yang tak henti Dia curahkan padaku. Aku bukan siapa-siapa tanpa Tuhanku, tanpa mereka. Tuhan, izinkanku menyelesaikan perjuanganku di kampus ini dengan mampu membanggakan mereka sekali lagi dan lagi, mereka yang Kau kasihi dan tak henti berdoa untukku di sini. Just remember that there is no free lunch, you have to pay what you get. Just be responsible.

0 komentar:

Post a Comment