Hi, how's life? Been through some unexpected things and still be fine I guess.
Tahun 2023 sudah berlangsung hampir separo jalan. Not so good I'd say. Not bad either. Lucu kalo ku pikir. Why do I feel so bothered easily. Tahun ini justru tidak ada hal istimewa yang ingin ku lakukan. Terlebih, tahun lalu aku dan pasangan baru saja mengambil keputusan besar berupa membeli rumah pertama di tempat yang bahkan tidak kami tinggali. However, we're so happy.
Mengawali tahun dengan tidak begitu baik, anak kami harus opname tepat di hari ulang tahunnya yang kelima. Merayakan ulang tahun secara sederhana di rumah dinas lalu melanjutkan tidur di rumah sakit. Momen yang tidak pernah tepat. Rasanya tidak akan pernah lucu mengingat tentang infus dan rumah sakit. Ingin menyalahkan keadaan tapi buat apa. Musibah sering kali datang di saat kita sedang tidak siaga. Tapi sudah siaga pun, siapa yang menjamin tidak kebagian. Little did we knew, we're also gonna be through some unexpected things ahead.
Beberapa bulan yang lalu, tempat kerja kami sedang sangat disorot oleh media. Tidak dalam kemasan headline yang baik. Lagipula siapa yang peduli dengan berita baik jika berita buruk lebih mudah untuk digoreng. Bad news makes more noise. Sempat merasa cukup gerah dengan kondisi linimasa sosial media beberapa bulan belakangan yang dibanjiri opini-opini yang tidak perlu. Marah karena tidak dapat berbuat apapun. Apa yang bisa diperbuat jika setiap pembelaan justru menjadi bahan bakar baru untuk memperbesar api yang sudah terlanjur berkobar di sana sini. Kadang diam juga sebuah bentuk dukungan. Bulan berlalu dan mereda dengan sendiri. Menyisakan beberapa bara dan asap yang masih bisa menyala kapan-kapan. Hanya berharap semua pihak mendapatkan keadilannya. I stand for what is right. Memberikan opini yang salah juga sama tidak adilnya. Jadi untuk apa.
Melewati ramadhan dan lebaran dengan kewaspadaan akan banyak hal. Bagaimana jika rencana-rencana kecilku tidak dapat kulakukan tahun ini. Apa yang akan aku lakukan. Apa harus membawanya hingga tahun depan? Itu berarti aku harus menggendong to do list ini sepanjang sisa tahun ini? Energi mana yang akan aku gunakan. Bagaimana perasakanku. Tidurku sempat tidak nyenyak selama beberapa waktu hanya untuk memikirkannya saja. Kenapa juga aku begitu gegabah dan ceroboh tahun ini. Tapi rencana seperti apa sih, bukankah to do list itu sudah rutin ku lakukan. Kenapa rasanya seperti berat sekali. Lalu, lebaran pun ku tutup dengan kekosongan. Ingin rasanya berlama-lama tidur di Bogor atau Klaten. Perasaan berat kembali ke rantau sering menimpa siapapun yang terlalu senang menghabiskan waktunya di kampung halaman. Tapi aku baik-baik saja meski tak satu pun to do list itu ku kerjakan. Ku lewati jalanan menuju Cilacap dengan perasaan tidak menentu. Sepertinya, aku sedang turut merasakan kekosongan yang anakku rasakan ketika harus berpisah dengan teman-temannya. Kadang, aku ingin bisa seperti suamiku yang tidak banyak berekspektasi terhadap kehidupan. Aku dan ekspektasiku sering kali merepotkan diriku sendiri. Ingin ku maki diriku sambil berujar, dasar pemalas dengan segudang rencana!
Melewati satu bulan ini dengan kepala ringan karena aku seperti tidak lagi peduli. Ku rasa, ada seni tersendiri tentang merelakan sesuatu yang belum menjadi bagian kita. Aku hanya ingin melakukan apa yang saat ini bisa ku lakukan. Aku selalu punya to do list. Kita semua punya itu ketika menjalani rutinitas. Ditulis atau tidak, isi kepala seorang ibu adalah to do list yang berbeda setiap harinya. Maka, ku mulai lagi di hari ini, mengerjakan to do list yang masih bisa ku lakukan. Siapa yang tahu jika hari ini ada kabar baik yang akan membantuku. Tuhan Maha Baik. Selalu seperti itu. Cheers!
0 komentar:
Post a Comment